TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) Tjahjo Kumolo menyampaikan klarifikasi atas unggahannya di Twitter yang membagikan tautan film bajakan.
“Saya dapat kiriman via WhatsApp terkait film perjuangan tersebut karena ini suasana kemerdekaan. Saya spontanitas kirim film tersebut di grup WA teman dan Twitter,” kata Tjahjo kepada Tempo, Senin, 17 Agustus 2020.
Setelah cuitannya itu dikritik para sineas, termasuk sutradara film Joko Anwar, Tjahjo Kumolo mengaku dirinya salah dan khilaf karena tidak berhati-hati membagikan tautan film bajakan. Ia pun berjanji tidak akan mengulangi kembali kesalahan tersebut.
“Apabila saya harus kompensasi dan minta maaf terbuka karena khilaf, misalnya, saya siap dan secara resmi saya akan kirim surat resmi kepada sutradara film Bapak Joko Anwar,” ujarnya.
Ahad kemarin, Tjahjo melalui akun Twitternya @tjahjo_kumolo membagikan sejumlah tautan film-film perjuangan.
Film-film itu antara lain Pejoeang, Enam Jam di Jogja, Janur Kuning, Serangan Fajar, Pasukan Berani Mati. Kemudian Jenderal Sudirman, Kereta Api Terakhir, Perawan di Sektor Selatan, Tapal Batas Jendral Sudirman, Merdeka atau Mati Surabaya 1945, Cut Nyak Dien, Sang Pencerah, Ketika Bung Karno di Ende, Sang Kiyai, Kartini Baru, dan Senja Merah di Magelang.
Namun, sejumlah warganet, termasuk para sineas, mengkritik cuitan Tjahjo tersebut. Pasalnya, link film yang dibagikan Tjahjo merupakan bajakan atau ilegal.
Sutradara Joko Anwar menyampaikan kritik melalui cuitannya. “Apakah benar ada seorang menteri @jokowi membagi-bagikan link film-film Indonesia di Youtube yang di-upload secara ilegal? Kalau benar, ijinkan saya patah hati dan hilang harapan pemerintah Indonesia serius mendukung atau paham industri kreatif.”