TEMPO.CO, Bandung - Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan, produsen vaksin Covid-19 Sinovac menyatakan bahan baku vaksin buatannya tidak menggunakan bahan nonhalal. Vaksin buatan perusahaan asal Cina ini sedang menjalani uji klinis fase 3 oleh Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadajran.
“Dari komunikasi dan dokumen yang sudah kami miliki, vaksin ini tidak menggunakan bahan yang nonhalal. Tapi bukan berarti (kami nyatakan) vaksin ini halal, tidak. Karena yang berhak melakukan sertifikasi halal ini ada lembaganya, yaitu LPOM MUI berserta Komisi Fatwa,” kata Bambang dalam media briefieng, di kompleks Bio Farma, Bandung, Rabu, 12 Agustus 2020.
Bambang mengatakan, Bio Farma memiliki perhatian serius soal aspek halal dari vaksin Covid-19. “Jadi sistem kami tidak sekadar quality sytem, tapi juga halal assurances system,” kata dia.
Menurut Bambang, ada sejumlah komponen yang akan diperiksa tim audit dari lembaga sertifikasi untuk memastikan vaksin tersebut halal. Tidak sekadar materialnya, tapi juga proses, serta fasilitas. Termasuk bila perlu, berkunjung ke Sinovac untuk melakukan audit.
Bambang mengatakan, proses sertifikasi halal memakan waktu. Pengalaman Bio Farma mengurus proses sertifikasi halal produknya maksimal bisa 1 tahun. “Kami punya pengalaman lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun untuk melakukan proses sertifikasi itu dalam kondisi normal,” kata dia.
Kepala Divisi Surveilance dan Uji Klinis Bio Farma, Novilia Sjafri Bachtiar mengatakan, sejak awal pembicaraan dengan Sinovac, Bio Farma sudah berkomunikasi dengan MUI untuk membahas soal sertifikasi halal produk vaksin Covid-19. Komunikasi itu sudah dimulai sejak Mei lalu.
“Untuk sertifikasi halal itu belum bisa dikeluarkan untuk produk yang masih dalam uji klinis. Sertifikasi halal nanti sejalan dengan proses registrasi,” kata Novilia.