TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Nahdlatul Ulama Ma'arif PBNU, Arifin Junaidi, mengatakan menerima permintaan maaf Menteri Pendidikan Nadiem Makarim.
Ia berharap Nadiem memperbaiki kesalahannya atas penetapan organisasi penerima Program Organisasi Penggerak (POP). "Dia sudah mengakui kesalahan, meminta maaf, akan memperbaiki dan minta bimbingan", kata Arifin dalam keterangan tertulis, Rabu 29 Juli 2020.
Menurut dia, permintaan maaf dari pejabat tinggi bukan hal yang lumrah, maka hal tersebut ia anggap sebagai perilaku yang ksatria dan patut ditiru.
Meski mengaku menerima permintaan maaf Nadiem, Arifin mengatakan tidak serta merta menjadikan LP Ma'arif NU menyatakan bergabung ke Program Organisasi Penggerak. Ia menyebut akan mengevaluasi terlebih dahulu program tersebut.
"Untuk mengevaluasi dan meninjau kembali penerima POP butuh waktu. Apakah cukup waktu yang tersisa sampai akhir tahun untuk melaksanakan program tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, Arifin menilai program POP dari awal sudah janggal. Pasalnya, dia mengaku, pihaknya dimintai proposal dua hari sebelum penutupan.
"Kami nyatakan tidak bisa bikin proposal dengan berbagai macam syarat dalam waktu singkat, tapi kami diminta ajukan saja syarat-syarat menyusul. Tanggal 5 Maret lewat website mereka dinyatakan proposal kami ditolak," ujar Arifin dalam keterangannya.
Nadiem telah meminta maaf atas kejadian tersebut. Ia pun meminta Muhammadiyah, NU, dan Persatuan Guru Republik Indonesia kembali bergabung dengan POP.
Ia menyebut ketiga organisasi itu merupakan mitra strategis pemerintah dan berjasa besar di dunia pendidikan bahkan jauh sebelum negara ini berdiri. "Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala ketidaknyamanan yang timbul," ucap Nadiem lewat rekaman video yang diunggah pada Senin, 28 Juli 2020.