TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan mundur dari Program Organisasi Penggerak yang diprakarsai Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Setelah kami mengikuti proses seleksi dan mempertimbangkan beberapa hal, maka dengan ini kami menyatakan mundur dari keikutsertaan program tersebut,” kata Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, Kasiyarno kepada media di kantor mereka, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Juli 2020.
POP merupakan program peningkatan kualitas pendidikan dan penguatan sumber daya manusia yang digagas oleh Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud.
Sebelumnya, lembaga ini telah berpartisipasi dengan mengajukan proposal Program Pengembangan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Penggerak.
Kasiyarno mengatakan organisasi memutuskan mundur setelah menilai bahwa proses seleksi dan verifikasi program beranggaran sekitar Rp 595 miliar itu tidak jelas.
Menurut Kasiyarno, banyak organisasi baru yang belum terbukti kompetensi dan kredibilitasnya ternyata berhasil lolos dan bahkan mendapatkan program Organiasi Penggerak kategori ‘Gajah’.
Selain itu, Karsiyano mengatakan bahwa ada beberapa lembaga CSR yang semestinya berperan membantu dana pendidikan malah ikut mengajukan proposal dan diloloskan oleh Kemendikbud. Hal itu dianggap menunjukkan ketidakjelasan kriteria yang digunakan dalam proses seleksi dan evaluasi.
Meskipun mundur, Kasiyarno menegaskan bahwa Muhammadiyah tetap berkomitmen dalam membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
“Dari pada ke depannya justru kena awu-nya, sudah lebih baik kita mundur saja, demi Muhammadiyah. Tetapi kita tetap berkomitmen bahwa kami akan membantu pemerintah dalam memajukan pendidikan Indonesia,” ujar Kasiyarno.
ACHMAD HAMUDI ASSEGAF