Munaslub Berkarya digelar oleh Presidium Penyelamat Partai Berkarya pada Sabtu, 11 Juli 2020. Badaruddin mengklaim Munaslub diikuti oleh 30 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 370 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) mewakili dua pertiga DPW/DPD se-Indonesia.
Acara dibuka langsung oleh Mayjen (Purn) Syamsu Djalal selaku Ketua Mahkamah Partai sekaligus Ketua Dewan Kehormatan Partai Berkarya di SK Kementerian Hukum dan HAM terakhir.
Badar mengatakan acara sedianya dimulai pada pukul 10.00 WIB, tetapi ditunda hingga pukul 16.00 WIB. Alasannya, ada sekelompok orang mengatasnamakan AMPB yang mengawal kedatangan Tommy Soeharto dan Sekretaris Jenderal Berkarya Priyo Budi Santoso ke lokasi Munaslub.
"Tujuannya membubarkan kegiatan Munaslub yang mereka anggap ilegal dan tak konstitusional," kata Badaruddin.
Menurut Badar, mereka beringas dan memporakporandakan properti panitia, masuk ke dalam ruang Munaslub, dan merobek backdrop disaksikan Tommy dan Priyo. "Suatu pertontonan yang memalukan dengan gaya premanisme memakai atribut partai."
Badar mengatakan, pihaknya telah jauh hari menyampaikan alasan menggelar Munaslub. Ia menyebut penyebabnya ialah kekosongan dan tersumbatnya komunikasi sejak Rapat Pimpinan Nasional III Partai Berkarya pada 2018.
Selain itu, dia mengaku tak ada evaluasi hasil Pemilu 2019, tak ada rapat-rapat dalam pengambilan kebijakan, tak ada petunjuk dan produk pedoman organisasi sebagai turunan AD/ART Partai Berkarya. Badar juga menilai pengelolaan partai jauh dari yang diamanatkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik dan AD/ART Berkarya.
"Pengelolaan partai dilakukan secara otokrasi dan feodalisme, jauh dari semangat demokrasi," kata Badar yang sebelumnya juga merupakan Sekjen Berkarya ini.
Tempo masih mengupayakan konfirmasi ke Priyo dan Tommy atas tudingan-tudingan ini.