TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan serangkaian kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada Kamis, 9 Juli 2020. Tiba pada pukul 08.45 WIB di Bandar Udara Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya, presiden langsung menaiki Helikopter Super Puma TNI AU menuju Kabupaten Kapuas.
Namun ada yang berbeda dengan Helikopter Kepresidenan yang ditumpangi Presiden dalam kunjungan kerja kali ini. Jokowi memakai helikopter berwarna merah putih. Sebelumnya, helikopter presiden didominasi warna biru.
"Heli ini bukanlah helikopter baru namun helikopter yang biasa digunakan Presiden saat kunjungan kerja dan kini telah dicat ulang yang merupakan bagian dari pemeliharaan," demikian keterangan Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, Kamis, 9 Juli 2020.
Heru mengatakan Presiden Jokowi sangat menyetujui penggantian warna tersebut. "Warna ini dipilih untuk lebih menyemarakkan perayaan 75 tahun kemerdekaan Republik Indonesia,” ucap Heru.
Pembicaraan ihwal helikopter pejabat memang ramai belakangan. Namun, bukan helikopter presiden yang menjadi pembicaraan. Melainkan helikopter mewah Ketua KPK Firli Bahuri.
Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto menilai penggunaan helikopter Firli Bahuri bahkan melampaui yang biasa dilakukan Presiden Joko Widodo, maupun Wakil Presiden. "Dibandingkan Presiden Jokowi, dibandingkan dengan wakil presiden, dibandingkan dengan orang terkaya di Indonesia, itu bahkan beyond mereka," kata BW dalam diskusi daring Indonesia Corruption Watch, Rabu, 8 Juli 2020.
Pria yang akrab disapa BW itu mengatakan tidak ada sejarah pimpinan KPK menggunakan helikopter untuk bepergian. Namun BW tak ingin terburu-buru memandang peristiwa Firli Bahuri yang menaiki helikopter dari sudut pandang etik. Dia menduga selama ini Firli keliru dalam memandang dirinya selaku Ketua KPK.
Seharusnya, kata BW, pimpinan KPK bisa memahami dirinya sendiri. Dengan begitu, dia akan bisa menempatkan diri secara pantas dalam setiap situasi. "Ketika dirinya tidak memahami, bahkan kelakuannya melebihi the highest official of Indonesia (Presiden Jokowi), lalu kita harus mengira lu tuh siapa, cuy?" ujar BW.
DEWI NURITA I ROSSENO AJI