TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengaku tak heran dengan sentimen negatif dari publik ihwal video Jokowi marah saat rapat bersama menteri. Ia mengatakan seharusnya jika Jokowi benar-benar serius, langkah yang lebih kongkrit harus segera dilakukan.
"Kalau hanya sebatas ingin melecut kinerja menteri tentu tak perlu video itu diviralkan, makanya sentimen publik negatif," kata Adi saat dihubungi Tempo, Selasa, 7 Juli 2020.
Dari pengamatan Adi, jika melihat intonasi, gestur, dan mimiknya, Jokowi sudah bukan hanya marah besar, tapi telah murka. Jokowi tak senang dengan kerja menteri yang biasa-biasa saja dan tak sesuai ekspektasi. Adi mengatakan hal ini seakan bertolak belakang dengan pujian di awal pembentukannya yang menyebut kabinet itu sebagai the dream team.
"Jokowi ingin tunjukkan ke semua orang bahwa segala hal sudah dilakukan untuk mengantisipasi Corona. Mulai Anggaran yang berlimpah hingga kemudahan regulasi. Tapi menterinya gagal menerjemahkan keinginan Jokowi," kata Adi.
Karena itu, jika benar-benar serius, Adi mengatakan Jokowi seharusnya bertindak lebih konkret dengan me-reshuffle kabinetnya. Ia menyebut langkah tegas semacam ini yang justru ditunggu masyarakat dan bukan pamer kemarahan semata.
"Ganti saja (menterinya) tak perlu marah. Beda ceritanya jika ujung kemarahan itu reshuffle. Jokowi pasti mendapat sentimen positif," ujar Adi.
Sentimen negatif publik ihwal video Jokowi marah ini ditunjukkan dari hasil penelitian Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Mereka menyebut kemarahan Presiden Jokowi yang diunggah di YouTube Sekretariat Presiden justru direspon dengan sentimen negatif sebesar 45 persen. Hanya 25 persen yang merespons positif, dan yang merespons netral sebesar 31 persen.