TEMPO.CO, Jakarta-Partai Demokrat membandingkan cara Presiden Joko Widodo dengan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam mengungkapkan kemarahan kepada para menteri. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Renanda Bachtar menyatakan kemarahan presiden kepada anggota kabinet adalah hal lumrah. "Saya yakin tidak ada presiden yang tidak pernah memarahi anggota kabinet atau menteri-menterinya," kata Renanda ketika dihubungi, Rabu, 1 Juli 2020.
Renanda mengatakan, Dahlan Iskan pernah bercerita bahwa SBY--saat menjadi presiden--tak jarang menegur anggota kabinetnya. Dahlan, kata Renanda, mengaku pernah kena tegur secara khusus. Pendiri Jawa Pos Group itu menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara di Kabinet Indonesia Bersatu II atau di periode kedua pemerintahan SBY.
Namun bedanya, Renanda melanjutkan, SBY tak pernah menampilkan rekaman video saat memarahi anak buahnya kepada publik luas. Selain alasan etika, dia menyebut memarahi anak buah bukan bagian dari sebuah kinerja yang perlu dipaparkan pemimpin ke hadapan publik.
"Ada pertanyaan yang cukup menggelitik, yaitu mengapa video Presiden Jokowi memarahi para pembantunya tanggal 18 Juni tersebut tidak ditayangkan pada hari yang sama dengan kejadiannya atau maksimal satu-dua hari setelahnya?" ujar Renanda.
Menurut Renanda, banyak kalangan menduga urgensi menyebarkan video memang baru muncul belakangan ini. Ia menengarai video itu muncul sebagai respons atas situasi atau kejadian baru-baru ini.
Renanda mengatakan Jokowi memang dikenal kerap responsif terhadap isu yang melekat atau terhubung dengan dirinya. Bisa jadi, ujar dia, video tersebut muncul karena Jokowi tersentil atas riuhnya kritik terkait penanganan pandemi Covid-19. "Kondisi ekonomi yang makin melemah, pro kontra sejumlah RUU seperti RUU Ciptaker dan RUU HIP serta isu-isu nasional lainnya," ujar Renanda.
Renanda berujar video Jokowi memarahi para pembantunya tersebut tak bekerja di ruang hampa. Ia berpendapat kemarahan itu tidak hanya bisa dimaknai sebagai pencitraan Jokowi yang ingin terlihat tegas di mata publik.
Di satu sisi, Renanda mengakui sangat mungkin Jokowi marah karena kerja sejumlah pembantunya tak maksimal. "Tapi menampilkan itu ke muka publik tentu tak pelak memiliki motif dan target komunikasi tertentu," ujar dia.
Jokowi sebelumnya memberi peringatan keras kepada para pembantunya saat rapat paripurna kabinet 18 Juni lalu. Dengan nada meninggi, Jokowi mengatakan tak segan membubarkan lembaga hingga reshuffle kabinet.
Video pernyataan Jokowi itu baru diunggah sepuluh hari kemudian pada Ahad lalu, 28 Juni 2020 di kanal Youtube Sekretariat Presiden. Deputi bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmuddin mengatakan sidang kabinet paripurna itu awalnya bersifat intern.
"Namun setelah kami pelajari pernyataan Presiden, banyak hal yang baik dan bagus untuk diketahui publik, sehingga kami meminta izin kepada Bapak Presiden untuk mempublikasikannya," kata Bey pada Ahad, 28 Juni 2020.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | EGI ADYATAMA