TEMPO.CO, Jakarta-Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi ) dalam rapat kabinet sengaja ditunjukkan untuk menutupi kekurangannya sebagai kepala pemerintahan dalam menghadapi pandemi.
"Boleh jadi ini dagelan politik, mencari kambing hitam demi menutupi kelemahannya sebagai presiden dalam menjalankan roda pemerintahan," ujar Pangi lewat keterangannya, Rabu, 1 Juli 2020.
Video kemarahan Jokowi terhadap menterinya diunggah pada 28 Juni lalu di Youtube resmi Sekretariat Presiden atau 10 hari setelah pidato itu disampaikan dalam Sidang Kabinet Paripurna pada 18 Juni 2020.
Dalam video berdurasi 10 menit itu, Jokowi menegur keras para menterinya yang ia sebut belum satu perasaan atau tak memiliki sense of crisis yang sama akibat Covid-19. Menurut Jokowi tak ada progres signifikan yang dibuat para menterinya dalam menanggulangi pandemi ini. Bahkan, Jokowi mengancam akan membubarkan lembaga atau mereshuffle kabinetnya jika diperlukan.
Menurut Pangi, Jokowi sengaja ingin “cuci tangan" dan menyalahkan para menteri yang tidak becus bekerja, bukan dirinya sebagai presiden. Jokowi, kata Pangi, berupaya menempatkan diri sebagai pahlawan yang memperjuangkan kepentingan 267 juta rakyat Indonesia, dengan menunjukkan kemarahan pada menterinya di hadapan publik.
Padahal, kata Pangi, presiden dan menteri harusnya merupakan satu kesatuan dalam mengerakkan roda pemerintahan, sehingga tidak masuk akal jika kesalahan tertumpu pada satu aktor saja. "Bagaimana mungkin kita bisa mahfum bahwa kegagalan pemerintahan tertumpu pada kelemahan pembantu presiden saja?" ujarnya.
Pangi menilai kemarahan Jokowi kepada para menteri justru mengonfirmasi kegagalannya dalam memimpin kabinet. "Yang dipertontonkan di ruang publik ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Ini adalah dagelan politik yang sedikit agak memalukan," ujar Pangi.
DEWI NURITA