Teguh yang mengatakan sempat berkomunikasi dengan peretas asal Iran itu mencuitkan tambahan bukti sebagai penguat pernyataan sebelumnya mengenai kebocoran data. Ia melampirkan bukti berupa video yang ia dapat dari peretas.
Setelah itu, ia ke Lantai 15 Gedung Bareskrim atau kantor Direktorat Tindak Pidana Siber. Ia membeberkan penyelidikan dan investigasi mandirinya mengenai pelaku. Dari pembicaraan itu, Teguh menilai polisi belum menginvestigasi kasus sejauh yang dilakukannya.
"Selain itu, mereka juga tidak membantah bahwa sistem mereka dibobol. Buktinya mereka mau terima informasi itu. Mereka pun mengaku sudah mengecek log server dan mengaku mendapat alamat IP pelaku. Berarti kan memang benar kebobolan," ujar dia.
Kepada polisi pula pengacara Teguh mengonfirmasi kembali pernyataan bahwa kejadian itu hoaks belaka. Konfirmasi itu dilakukan lantaran kekhawatiran adanya dampak terhadap cuitan Teguh mengenai peristiwa tersebut.
"Akhirnya mereka bilang itu 'bahasa komunikasi publik', mungkin itu adalah cara untuk menenangkan warga," ujar dia. "Namun dari pertemuan kemarin ini sudah dibahas dan orang teknis cyber crime tidak bisa membantah."
Pertemuan berakhir dengan kedua belah pihak saling berterima kasih. Ia berharap permasalahan itu bisa ditangani dan sistem keamanan Polri bisa lebih baik lagi ke depannya.
Ia mengingatkan bahwa bisa jadi peretas asal Iran ini bukan yang pertama menemukan celah di situs Polri. Pasalnya, menurut dia, selama ini membobol sistem informasi pemerintah memang tidak membutuhkan waktu lama. Karena itu, ia menyarankan agar Polri menyiapkan kanal pengaduan untuk persoalan kebocoran data semacam ini.
CAESAR AKBAR | ANDITA RAHMA