TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman, mengatakan bahwa tatanan hidup baru atau new normal tidak diterapkan begitu saja di suatu daerah.
"Ada pertimbangan dari faktor epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan yang menjadi indikator penerapan new normal di suatu wilayah," ujar Fadjroel dalam sebuah diskusi daring, Jumat, 12 Juni 2020.
Dari sisi epidemiologi, ada 11 indikator. Pertama, penurunan jumlah kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari 50 persen). Kedua, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari 50 persen). Ketiga, penurunan jumlah meninggal dari kasus positif selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari 50 persen).
Keempat, penurunan jumlah meninggal dari kasus ODP dan PDP selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari 50 persen). Kelima, penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS selama 2 minggu terakhir dari puncak (target lebih dari 50 persen). Dan keenam, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP yang dirawat di RS selama 2 minggu ter akhir dari puncak (target lebih dari 50 persen).
Selanjutnya, indikator ketujuh, kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif. Kedelapan, kenaikan jumlah selesai pemantauan dan pengawasan dari ODP dan PDP. Kesembilan, penurunan laju kasus positif per 100,000 penduduk. Kesepuluh, penurunan angka kematian per 100,000 penduduk. Kesebelas, Rt-Angka reproduksi efektif di bawah angka 1.
Sementara dari faktor surveilans kesehatan masyarakat, ada dua indikator. Pertama, jumlah pemeriksaan spesimen meningkat selama 2 minggu. Kedua, positivity rate kecil dari 5 persen.
Dari faktor pelayanan kesehatan, juga ada dua indikator. Pertama, jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS rujukan mampu menampung sampai dengan 20 persen jumlah pasien positif Covid-19. Kedua, jumlah tempat tidur di RS Rujukan mampu menampung sampai dengan 20 persen jumlah ODP, PDP, dan pasien positif Covid-19.