TEMPO.CO, Jakarta - Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mengungkapkan sejumlah alasan kurva Covid-19 di Indonesia yang masih tinggi pada Mei.
"Karena Ramadan, lalu ada Idul Fitri, ada mudik dan arus balik, jadi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) enggak berjalan. Itu faktor yang enggak bisa ditekan" kata Pandu saat dihubungi pada Ahad, 31 Mei 2020.
Pun ketika pemerintah sudah membuat larangan mudik dan balik ke DKI Jakarta, ia mengatakan masyarakat tetap melakukan perjalanan, baik secara legal maupun ilegal. "Bulan kritis. Enggak ada yang patuh, pemerintah dan masyarakat," ujar Pandu.
Pandu pun mengingatkan bahwa pemerintah dan masyarakat harus terus bekerja sama jika ingin kasus positif turun. Apalagi pemerintah sendiri akan segera memberlakukan kenormalan baru atau new normal secara perlahan mulai Juni 2020.
"Pemerintah harus membuat dan menjalankan regulasi yang jelas, dan masyarakat disiplin untuk menjaga diri sendiri dan lingkungan terdekat," kata Pandu.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta anak buahnya untuk menekan kurva Covid-19 pada Mei. Nyatanya, kasus konfirmasi positif masih terus bertambah. Pada Ahad, 31 Mei 2020 ada penambahan 700 kasus positif.