TEMPO.CO, Jakarta-Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengimbau umat Islam agar menghindari bersalaman dan berpelukan dalam halalbihalal setelah Lebaran. “Boleh silaturahmi, tapi kali ini kalau halal bihalal menggunakan media sosial,” kata Nasaruddin dalam konferensi pers di akun Youtube BNPB, Rabu, 27 Mei 2020.
Menurut Nasaruddin, meski menggunakan medsos, tidak akan mengurangi rasa khidmat halalbihalal tersebut. Sebab, masyarakat juga bisa mengungkapkan ungkapan yang khas dan emosional. “Daripada harus rumah ke rumah, salaman, nanti kita menawarkan persoalan pada tetangga sendiri,” katanya.
Menurut mantan Wakil Menteri Agama itu, halalbihalal juga tidak perlu sampai mengundang penceramah di satu ruangan yang padat. Ia mengajak masyarakat agar menciptakan konsep halalbihalal di era pandemi Covid-19. Misalnya dengan menggunakan aplikasi Zoom yang bisa menjangkau banyak orang dan tatap muka.
Halalbihalal, kata Nasaruddin, merupakan tradisi pasca-Lebaran buatan Indonesia. Tradisi ini tercipta karena hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan Ramadan.
Nasaruddin mengatakan bahwa saat itu masyarakat saling memaafkan. Pada saat bersamaan, mereka juga merayakan Idul Fitri. “Itulah halal pertama dan kedua. Karena itu tradisi ini menjadi tradisi khusus Indoensia yang kita sudah lakukan dan ditiru negara tetangga kita.”