Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menyatakan hal itu pada Hari Aksara Internasional 2008 di Art Center Denpasar, Senin (8/9). "Target ini enam tahun lebih cepat dibandingkan target negara-negara UNESCO," ujarnya.
Sejak tahun 2004, menurutnya, program pemerintah telah berhasil menekan jumlah penduduk buta aksara. Pada tahun 2004 angkanya mencapai 15,4 juta orang, atau 10,21 persen dari jumlah penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas. Tahun 2006 jumlahnya turun menjadi 12,88 juta (8,44 persen), dan tahun 2007 turun menjadi 11,87 juta (7,33 persen).
Target yang ditetapkan UNESCO adalah penurunan hingga 50 persen dari kondisi tahun 2000 pada tahun 2015. “Kita optimis lebih cepat, pemerintah sedikitnya mengucurkan Rp. 1 triliun,” ujarnya. Program itu dikaitkan dengan program pendidikan dasar sembilan tahun. Sebab, salah satu pemicu buta aksara adalah banyaknya siswa putus sekolah pada tingkat kelas 1 hingga 3 sekolah dasar (SD).
Dalam peringatan Hari Aksara Internasional 2008 tersebut, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menyerahkan penghargaan Anugerah Aksara kepada tiga gubernur, delapan wali kota, dan 38 bupati yang berprestasi tinggi dalam menyukseskan program pemberantasan buta aksara. Mendiknas juga menyerahkan penghargaan kepada pemenang lomba menulis tentang keaksaraan kepada enam tutor pendidikan keaksaraan dan enam jurnalis.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono, dalam kesempatan sama menegaskan, jumlah perempuan buta aksara masih tinggi akibat kesenjangan gender. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan terdapat 6,6 juta perempuan buta aksara di Indonesia. Penuntasan buta aksara, menurut Meutia, menjadi salah satu prioritas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dalam mengatasi kemiskinan dan kesenjangan gender pada perempuan.
Rofiqi Hasan