TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, melihat umat Islam masih terjebak pada label dan atribut yang sempit tentang apa itu ekonomi umat.
Menurut dia, label dan atribut itu malah membawa ke arah pemikiran yang eksklusif, bukannya inklusif.
"Kita selama ini terjebak label-label dan atribut-atribut yang kadang-kadang justru membuat pemahaman kita tentang umat menjadi tidak inklusif, menjadi eksklusif yang membuat kita masuk di gang-gang sempit," kata Muhadjir dalam diskusi virtual 'SDM Unggul dan Kebangkitan Ekonomi Umat', Rabu petang, 13 Mei 2020.
Muhadjir menjelaskan, dalam konteks agama Islam, ekonomi adalah sektor yang mestinya juga dikuasai seperti halnya sektor lain. Ia berujar Alquran juga memerintahkan agar umat Islam berkiprah dengan menyebar ke berbagai bidang.
Namun selama ini, menurut dia, seseorang lebih akan dianggap sebagai representasi umat jika menguasai ilmu agama. Adapun orang yang menguasai bidang lain kurang dianggap representasi umat jika tidak menguasai agama.
Menurut Muhadjir, pandangan yang eksklusif tentang umat membuat umat Islam justru merasa menjadi minoritas. Umat Islam merasa tidak menjadi bagian dari pelaku utama di Indonesia. Padahal, kata dia, lebih dari 70 persen masyarakat Indonesia merupakan umat Islam. "Ini yang menurut saya harus harus kita jernihkan kalau kita ingin membahas ekonomi umat," kata Muhadjir.