TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat terorisme Khairul Fahmi menilai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tak akan banyak berubah di bawah Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar. Menurut dia, Boy adalah orang lama di Detasemen Khusus Antiteror 88 yang cenderung punya pendekatan khas dalam pemberantasan terorisme.
“Sehingga tidak akan banyak bergeser arah kebijakannya,” kata peneliti Institute for Security and Strategic Studies ini saat dihubungi, Jumat, 1 Mei 2020.
Khairul menyebut Boy termasuk anggota kepolisian yang paling awal bergabung dengan Densus 88. Densus 88 dibentuk pada 2004. Tito Karnavian ditunjuk menjadi pimpinan pertamanya. Khairul mengatakan di Densus 88, Boy masih satu angkatan dengan Tito dan Kepala Kepolisian RI saat ini Jenderal Idham Azis.
“Beliau orang lama di urusan pemberantasan terorisme, generasi pertama Densus 88 Anti Teror Polri,” kata Khairul.
Menurut Khairul, orang-orang Densus punya pendekatan khas dalam penanganan terorisme, yaitu penindakan. “Dia punya pengalaman kuat di penanggulangan terorisme, tapi karena dia polisi lebih banyak di aspek penindakan.” Sementara, kata dia, BNPT perlu memperkuat aspek pencegahan dan rehabilitasi.
Khairul mengatakan memperkuat dua aspek tersebut menjadi pekerjaan rumah untuk Boy. Menurut dia, pengalaman kehumasan dapat digunakan Boy dalam menggalang dukungan yang lebih besar bagi proposal pemberantasan terorisme yang akan ditawarkannya. “Termasuk dalam aspek pencegahan dan rehabilitasi yang mestinya memang lebih ditonjolkan oleh BNPT,” kata dia.