TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono mengatakan May Day atau peringatan Hari Buruh 2020 harus menjadi momen persatuan antara buruh, pengusaha, dan pemerintah untuk membangkitkan perekonomian yang terpuruk akibat Covid-19.
Menurut dia, May Day 2020 yang seharusnya menjadi ajang kegembiraan dan perjuangan para buruh kali ini serasa berbeda.
"Kelam, karena saat May Day 2020 merupakan hari terjadinya PHK masal di seluruh dunia yang terbesar sepanjang sejarah akibat virs Corona," kata Arief dalam keterangan tertulisnya hari ini, Jumat, 1 Mei 2020. "Mengalahkan The Great Depression pada 1932."
Menurut Arief Poyuono, pemerintah harus bisa memberikan semacam insentif bagi perusahaan-perusahaan yang terkena dampak Covid 19 sehingga terpaksa memberhentikan buruh.
Insentif tersebut bisa berupa penghapusan pajak PPH buruh dan perusahaan, menurunkan pajak pertambahan nilai, serta harga barang murah.
Politikus Partai Gerindra tersebut berujar, jika arus melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) banyak perusahaan yang tidak sanggup membayar kompensasi.
Maka Arief meminta pemerintah memberikan dana langsung untuk kompensasi PHK para buruh dari perusahaan yang dikontrol dengan baik.
"Semacam BLBI untuk PHK buruh, dengan zero bunga, yang nantinya bisa dibayarkan oleh pengusaha," ujarnya.