TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Adian Napitupulu, mempertanyakan mafia alat kesehatan yang dimaksud Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
Adian menilai pernyataan Erick ihwal mafia alkes itu tiba-tiba tanpa ada angin dan badai. "Pernyataan adanya mafia adalah pernyataan serius yang bisa menyasar ke siapa pun," kata Adian, Selasa, 21 April 2020.
Adian mengatakan, jika ukuran mafia adalah dominasi impor alat kesehatan dan obat maka ada dua lembaga yang terkait di tengah pandemi Covid-19. Dua lembaga itu ialah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Usaha Milik Negara.
"Apakah pernyataan Erick ini menyasar ke BNPB?" Mungkin saja, karena ada 19 jenis alkes yang rekomendasi impornya dikeluarkan oleh BNPB," ujar Adian.
Kesembilan belas alkes itu di antaranya surgical apparel, disinfektan, sarung tangan steril, termometer, ventilator, mobile X-ray, high flow oxygen device, bronchoscopy portabel, dan lainnya.
Namun, Adian melanjutkan, Erick bisa jadi juga sedang menegur anak buahnya di BUMN. Menurut data dari media, kata dia, beberapa BUMN yang melakukan impor di antaranya PT RNI (500 ribu rapid test dari Cina), PT Indo Farma (100 ribu rapid test), PT Kimia Farma (300 ribu rapid test).
BUMN juga mengimpor bahan baku produksi 4,7 juta masker, 2 juta Avigan, bahan pembuat 3juta Chlorokuin, 20 ribu PCR dari Swis. Kemudian bekerja sama dengan BKPM mengimpor bahan baku APD dari Cina dan Korea. PT Bio Farma juga mengimpor bahan baku 500 ribu obat dari India untuk Oseltamivir.
Dengan data ini, Adian menilai BUMN sebenarnya salah satu yang mendominasi impor alkes dan obat. Ia pun menganggap aneh pernyataan Erik soal mafia yang mendominasi impor alkes, padahal rekomendasi dikeluarkan oleh BNPB dan BUMN.
"Jadi sebenarnya siapa mafianya Pak Menteri? Kalau impor alkes harus ada rekomendasi sekian lembaga negara, apakah Pak Menteri ingin katakan bahwa mafia-mafia itu dapatkan rekomendasi juga?" kata anggota Komisi Luar Negeri DPR ini.
Adian memahami Erick Thohir mungkin saja sedang memotivasi agar Indonesia memproduksi sendiri alkes dan obat. Namun, ia menilai ide itu berlomba dengan kasus penyebaran Covid-19 yang amat cepat di Tanah Air.
Dia pun menyarankan agar Erick melapor saja ke Presiden Joko Widodo dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika memang memiliki bukti adanya mafia impor alkes. Adian menyarankan Erick tak cuma bicara ke media dan membuat rakyat serta pelaku usaha saling curiga.
"Jangan ditambah dengan tuduhan kanan kiri lagi, jangan juga membuat importir dan trader yang mau impor jadi tidak berani karena takut dituduh mafia," kata dia.
Sebelumnya, Erick Thohir menyinggung adanya mafia dalam impor alat kesehatan. Mafia itu, kata dia, ada karena impor alat kesehatan ke Indonesia masih sangat besar mencapai 90 persen.
"Jangan semua ujung-ujungnya duit terus, dagang terus, akhirnya kita terjebak short term policy. (Impor alat kesehatan) didominasi mafia, trader-trader itu, kita harus lawan dan ini Pak Jokowi punya keberpihakan itu," kata Erick lewat akun Instagramnya, Kammis, 16 April 2020.