TEMPO.CO, Jakarta - Duduk di belakang setir menjadi rutinitas Ika Dewi Maharani. Sebelumnya dia hanya merawat orang sakit, tapi kini perempuan itu harus juga menjadi sopir ambulans pengantar pasien Covid-19.
Jumlah penderita Covid-19 di Jakarta yang semakin banyak meningkat, jumlah petugas ambulans yang kurang membulatkan tekadnya menjadi sopir ambulans.
Jadilah Ika satu-satunya sopir perempuan ambulans di bawah naungan Tim Koordinasi Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
"Saya bisa menyetir, saya basic-nya perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya. Saya harus melayani," katanya dalam keterangan tertulis Tim Koordinasi Relawan hari ini, Jumat, 17 April 2020.
Dia juga aktivis Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI).
Ika, yang berasal dari Maluku Utara, sekarang tinggal di mess yang disediakan BNPB dan bertugas di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Kota Depok.
Menjadi sopir ambulans adalah pengalaman pertama Ika dalam hidupnya. Menurut dia, mengendarai ambulans tidak semudah yang dibayangkan.
"Sudah bunyikan sirine, tapi kadang orang-orang di sekitar kami tidak peka untuk memberikan jalan."
Mengantarkan pasien dalam pengawasan (PDP) ataupun pasien Covid-19 sama-sama berisiko besar terinfeksi virus Corona -- penyebab penyakit Covid-19.
Meski telah mengenakan APD, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya. Namun, panggilan tugas membuat dia fokus dnengan menyelamatkan pasien.
Di tengah shift kerja 12 jam dari pukul 07.00 sampai 19.00 WIB, Ika berupaya makan teratur dan istirahat yang cukup.
Selesai absen para relawan sarapan, setelah mengantar pasien mereka baru makan siang.
"Yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," ucap Ika.
Dia berharap pandemi segera berakhir. Menurut Ika, kerja-kerja relawan sejatinya didedikasikan untuk tujuan tersebut.