INFO NASIONAL — Maryulis (57 tahun) tampak sibuk memotong bahan-bahan perca. Bersama perempuan-perempuan lain, ia sedang memproduksi masker kain untuk kebutuhan warga Desa Menang Raya di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Rumah produksi masker ini awalnya adalah tempat membuat kerajinan anyaman purun. Purun (Eleocharis) adalah tanaman sejenis rumput yang banyak dijumpai di lahan gambut. Dua tahun lalu, Badan Restorasi Gambut (BRG) memberikan bantuan mesin jahit kepada kelompok penganyam purun di Desa Menang Raya. Desa ini masuk ke dalam Program Desa Peduli Gambut.
Baca juga:
Setelah kisah sukses kelompok ini viral di media sosial, kini mereka kebanjiran pesanan. Komandan Koramil 402-02/Pedamaran, Kapten Infanteri Pianto dan ibu-ibu Persit beberapa waktu lalu berkunjung ke sana untuk belajar membuat masker pada kelompok pengrajin di Menang Raya.
Masih banyak cerita kaum perempuan dari daerah lain yang masuk ke dalam Program Desa Peduli Gambut guna mencegah penyebaran Covid-19. Seperti dari Kalimantan Barat, tepatnya dari Desa Sarang Burung Danau di Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas. Kaum perempuan di desa itu juga ramai-ramai membuat masker kain untuk mencegah penularan virus corona.
Di Riau, kelompok ibu-ibu PKK dari Desa Pedekik dan Desa Temiang di Kabupaten Bengkalis melakukan hal serupa. Mereka berinisiatif membuat masker-masker kain serta jamu dari bahan-bahan rimpang. "Tanaman rimpang ini kami ambil dari kebun tanaman obat keluarga yang kami tanam di perkarangan rumah, dengan menggunakan pupuk alami," kata Rita Afriana, Ketua TP PKK Desa Pedekik.
Baca juga:
PKK Pedekik menggunakan dana kas kelompok mereka untuk membuat masker dan jamu. Sementara Kelompok PKK DPG Temiang mendapat suntikan dana dari Dana Desa Bidang K 5. Masker dan jamu semuanya dibagikan gratis kepada warga sedesa.
Kelompok PKK Desa Pedekik, Kab. Bengkalis Riau, bagikan jamu rimpang kunyit dan jahe kepada warga. (Dok Foto: Yeyen/BRG)
Cerita-cerita ini menunjukkan semangat dan swadaya perempuan di desa-desa gambut yang sangat tinggi untuk ikut memerangi virus corona. Usaha ini menjadi makin penting dan menarik ketika pemerintah desa juga ambil bagian. Inilah yang terjadi di Desa Tanah Habang Kanan, Kecamatan Lampihong, di Kabupaten Balangan dan Desa Pulan Tani, Kecamatan Haur Gading, di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan.
Pemerintah kedua desa bergerak cepat merespon kebijakan Kementerian Desa PDTT tentang perubahan alokasi dana desa untuk padat karya tunai. Mereka memesan ratusan buah masker kain kepada kelompok-kelompok perempuan pengrajin purun. Tidak saja pemerintah desa setempat, tetapi pemerintah desa tetangga juga memesan.
Di Pulan Tani, para pengrajin yang tergabung ke dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Berkat Ilahi, saat ini sibuk mengerjakan pesanan masker kain dari Pemerintah Desa mereka. “Kami sudah membeli 350 masker dari KUBE dan rencana akan menambah lagi,” kata Ibnu, Kades Pulan Tani. Sekarang terkumpul 550 masker untuk warga Pulan Tani. Kelompok ini membuat masker dengan memanfaatkan mesin jahit bantuan BRG, LSM Kemitraan dan Disperindagkop Kabupaten HSU.
Aktivitas KUBE Berkat Ilahi ini segera diikuti kelompok perempuan dari Desa Peduli Gambut lain di Kalsel, seperti di desa Tambak Sari Panji, Murung Panggang, Darussalam, Sungai Namang, dan Kaludan Kecil. Semuanya berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara.
“BRG sedang mempersiapkan dukungan untuk produksi masker di desa-desa tersebut. Diharapkan ribuan masker dapat dihasilkan,” kata Dinamisator Desa Peduli Gambut Kalsel, Enik Maslahah. Produksi masker di sini dipermudah dengan sudah adanya mesin-mesin jahit yang sebagian berasal dari bantuan BRG dan Disperindagkop Hulu Sungai Utara.
Berbagai masker dari kain sasirangan, khas Kalimantan Selatan yang diproduksi di Desa Tanah Habang Kanan. (Foto: BRG/ Rahmadania)
Masker kain non-medis ini merupakan sumbangsih kaum perempuan di desa-desa Peduli Gambut untuk mencegah penyebaran virus corona. Ketika pemerintah mewajibkan penggunaan masker dan mendorong padat karya tunai, para perempuan desa-desa gambut sudah menunjukkan aksinya.
“Mungkin orang melihat masker hanya pelindung diri menghadapi ancaman virus. Tapi, bagi kami, masker, demikian juga jamu, adalah alat pemersatu gerakan perempuan di desa-desa gambut. Perempuan punya solidaritas tinggi dan kekuatan untuk menggerakkan perubahan, khususnya pada pola hidup bersih dan sehat,” kata Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna Safitri.
Myrna menambahkan pada April ini akan diperingati Hari Kartini. “Tidak berlebihan jika pada peringatan ini kita berikan penghargaan kepada seluruh perempuan yang sudah memberikan sumbangsih nyata pada upaya cegah penyebaran Covid-19 di Indonesia,” ujarnya. (*)