TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum II Pengurus Besar IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Slamet Budiarto mengungkap sejumlah permasalahan yang menyebabkan tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia terhitung tinggi.
Dari total 3.293 kasus positif Covid-19 di Indonesia pada Kamis, 9 April 2020, sebanyak 280 orang meninggal dan 252 pasien sembuh.
Slamet mengatakan, lambatnya pemeriksaan hasil uji swab pasien yang diduga terpapar Corona menjadi salah satu penyebab pasien dalam pengawasan (PDP) tak dirawat dengan standar yang sama dengan pasien positif terpapar Corona. Akibatnya banyak PDP Corona meninggal sebelum hasil uji swab keluar.
Menurut Slamet, sejauh ini hasil swab baru bisa didapatkan paling cepat seminggu. "Tes swab Litbangkes, Eijkman, FKUI, Labkesda, hasilnya paling cepat satu minggu. Mestinya hasil tes swab itu sehari keluar," ujar Slamet saat dihubungi Tempo pada Kamis, 9 April 2020.
Pemerintah, kata Slamet, mestinya sejak awal menyediakan rapid test PCR yang dibutuhkan agar hasil tes swab terhadap orang yang diduga terinfeksi Corona lebih cepat diketahui. "Pakai alat itu, 50 menit hasilnya langsung jadi," ujar dia.
Alat ini baru didatangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari perusahaan farmasi asal Swiss, Roche, dua hari lalu. Satu alat diberikan kepada RS Pertamina Jaya yang difungsikan sebagai RS khusus penanganan pasien Corona.
Sementara itu, 17 alat PCR lainnya didistribusikan ke sejumlah RS BUMN yang ada d daerah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan daerah lain yang membutuhkan. "Ini bagus, walaupun terlambat. Tapi lumayan lah," ujar dia.
Masalah lainnya, kata Slamet, minimnya ventilator (alat bantu pernafasan). Padahal, kata dia, jumlah pasien membludak. Slamet tak memiliki detail jumlah ketersediaan ventilator saat ini, namun dia menyebut jumlahnya sangat sedikit. "Akibatnya banyak yang meninggal karena tidak ada ventilator," ujar dia.
Selain itu, Slamet menuturkan jumlah dokter dan ketersediaan tempat tidur yang tidak memadai untuk menangani pasien Covid-19 menjadi masalah lain yang juga menjadi penyebab pasien terlambat ditangani dan akhirnya meninggal.
Data IDI menggambarkan rasio dan jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia sebesar 1,2 per 1.000 penduduk atau 12 tempat tidur rumah sakit per 10.000 penduduk. Sementara rasio jumlah dokter di Indonesia hanya 0,4 per 1.000 penduduk atau 4 dokter per 10.000 penduduk.