INFO NASIONAL — Berbeda dengan pengrajin sepatu lainnya, Nurman Farieka membuat sepatu berbahan dasar kulit ceker ayam.
Temuan Oliver Cailabet, penulis International Trade Center sungguh mengejutkan. Dari puluhan penangkaran piton di Asia Tenggara yang ia kunjungi, hanya satu yang membiakkan. Sisanya ternyata kedok belaka. Penangkaran hanya untuk menyimpan ular yang ditangkap dari alam.
Baca Juga:
Tulisan sang aktivis lingkungan yang beredar sekitar delapan tahun lalu, bagi Nurman Farieka Ramdhani (24 tahun) tetap menjadi isu yang patut didengungkan. Nurman adalah penggagas sepatu merek Hirka, dibuat dari kulit ceker ayam. Kian populer setelah meraih penghargaan SATU Indonesia Awards tahun lalu. Pengikut Instagram Hirka pada Januari 2020 sekitar 1.000 orang. Melesat lebih dari 8.000 pengikut pada Maret. Omzetnya kini Rp 40 juta-Rp 60 juta per bulan.
Sebagai pengusaha milenial, Nurman membawa pesan khusus. Pemuda yang tidak menamatkan kuliah ini berharap kulit ceker ayam dapat menggantikan kulit ular dan buaya. “Kita bisa menyelamatkan ular dan buaya yang dieksploitasi berlebihan. Di Indonesia belum ada hukum yang benar-benar bisa stop pelanggaran. Memang ada penangkaran, tapi menurut penelitian kebanyakan hanya kedok, diambil dari alam liar. Maka, kita coba masuk ke segmentasi anak muda dengan isu itu, bahwa kalian bisa menyelamatkan Indonesia dengan melakukan hal-hal kecil,” tutur Nurman.
Banyak peminat dari luar negeri, lanjut Nurman, karena Hirka mengedepankan perlindungan hewan. “Antusias di Inggris luar biasa, bahkan dari Bangladesh, Jepang, Singapura, dan Malaysia,” ujarnya berharap anak muda ikut peduli.
Baca Juga:
Sebenarnya penyulam sepatu asal Bandung ini juga mencoba berbagai macam limbah seperti kulit ikan tuna dan ikan hiu. Pemilihan kulit ikan hiu akhirnya dibatalkan lantaran terganjal legalitas. “Tapi untuk 5 sampai 10 tahun ke depan kita nggak akan menyentuh material lain sebelum ceker ayam ini naik,” kata Nurman menegaskan.
Nurman merasa wajib membesarkan Hirka. Pasalnya, membangun bisnis ini telah melewati perjalanan panjang. “Sampai berdarah-darah,” demikian Nurman mengisahkan masa-masa pahit harus menjual produknya agar bisa makan. Setelah drop out kuliah, dimarahi orang tua akibat meninggalkan pendidikan formal, ia terpaksa menjual sebagian besar barang pribadi untuk menghasilkan uang lalu mempelajari pembuatan sepatu secara otodidak.
“Di Universitas Cibaduyut,” kelakar Nurman. Di pusat kerajinan ini ia belajar selama satu tahun. Berawal membuat dompet dan akesoris lainnya, lalu meningkat dengan membuat sepatu. “Saya belajar dari siapa saja yang ada di sana. Dari teman SMA, bahkan perajin yang saya nggak kenal,” tuturnya.
Namun jauh sebelum itu, Nurman sebenarnya sudah terinspirasi ketika membaca jurnal kuliah sang Ayah. Ketika itu, Ayah Nurman melakukan penelitian saat berkuliah di Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta terkait kulit-kulit yang dapat dijadikan bahan produk fashion.
Ia pun tertarik dengan kulit ceker ayam karena tekstur yang unik dan bisa dijadikan bahan sepatu. Akhirnya, ia mengajak Jaja, ahli sepatu di Cibaduyut, serta pengolah kulit, Amat, untuk mengembangkan bahan tersebut. Usai penelitian dan coba-coba selama setahun, sepatu kulit ceker ayam resmi diproduksi pada 2017. Saat ini Nurman dibantu lima orang di bagian produksi dan empat orang bertugas di pemasaran.
Selama dua tahun Nurman dan tim berjuang keras membesarkan produk ini. Upaya pengusaha muda yang pantang menyerah ini mulai menunjukkan hasil usai didapuk penghargaan dari Astra, yakni Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards pada tahun 2019 bidang kewirausahaan. “Menurut saya ini jangan disia-siakan. Di penghargaan itu ada harapan dan semangat yang bisa bantu kami survive,” ujar Nurman optimistis.
Melanjutkan kisah inspiratif dari Nurman, SATU Indonesia Awards 2020 kembali dibuka. Pada ajang ke-11 ini, Astra mencari generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru Tanah Air. Apresiasi diberikan kepada anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Pendaftaran dibuka sejak 2 Maret hingga 2 Agustus 2020. Daftarkan dirimu dan kelompokmu dengan melihat di link berikut: http://bit.ly/DaftarSIA2020, atau melalui submit.satuindonesia@gmail.com, dan kontak ke 081290003314. (*)