TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Aria Bima mengkritik keras politikus Partai Demokrat Andi Arief yang menyebut Presiden Jokowi seolah-olah bekerja menangani wabah Corona.
Bima menilai ucapan itu tak pantas dilontarkan di tengah kecemasan yang melanda Indonesia.
"Andi Arief ngejeplak lagi sesuai hobinya," kata Aria Bima via pesan singkat kepada Tempo hari ini, Selasa, 31 Maret 2020.
Aria Bima menjelaskan bahwa Presiden Jokowi telah bertindak langkah demi langkah dengan pertimbangan seksama untuk menangani Corona penyebaran penyakit Covid-19.
Dia menyebut beberapa tindakan yang sudah dilakukan di antaranya menganjurkan disiplin masyarakat, membuat skala prioritas penanganan masalah, hingga pengambilan alat pelindung diri (APD) dan alat kesehatan dari Cina.
Wakil Ketua Komisi VI DPR ini pun mempertanyakan logika Andi Arief yang menuduh Jokowi cuma seolah-olah bekerja.
Aria Bima lantas berbalik menyebut justru Andi Arief yang tidak selama ini tidak berbuat apa-apa dalam penanganan Corona dan Covid-19.
"Tidak perlu terlalu cerdas untuk meletakkan statement Andi Arief sebagai igauan nasional."
Bima lantas menuding Andi Arief ingin membuat sensasi. Meski begitu dia meragukan ada yang memperhatikan sensasi tersebut dengan serius.
"Paling-paling cuma bikin gaduh bentar kemudian dibuang telantar. Sebab yang dibutuhkan saat ini adalah sinergi semua untuk bersama-sama menanggulangi Covid-19," ujar dia.
Sebelumnya, Andi Arief menyatakan Presiden Jokowi tak mengeluarkan kebijakan drastis untuk menangani penyebaran virus Corona dan penyakit Covid-19.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diumumkan oleh Jokowi pada Senin lalu, 30 Maret 2020, menurut Andi Arief, sebenarnya sudah diterapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta.
"Saya ingin mengatakan bahwa kebijakan kemarin itu bukan kebijakan apa-apa, itu hanya kebijakan memberikan kesan seolah-olah pemerintah sudah memikirkan, sudah bekerja," katanya kepada wartawan hari ini.
Andi menilai kebijakan baru Jokowi tadi tak berdampak apa-apa, sebab tak ada karantina atau lockdown serta upaya pemberian bantuan kepada masyarakat. Padahal, publik menunggu-nunggu kebijakan drastis dari pemerintah dalam penanganan Covid-19.