TEMPO.CO, Jakarta - SI, bukan inisial sebenarnya, nekat pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta kendati banyak imbauan untuk tak mudik di tengah pandemi corona ini. Sejumlah alasan mendasari keputusan ini, seperti rasa tak betah dan cemas.
Perempuan berusia 28 tahun ini juga merasa mentalnya mulai tak sehat lantaran terlalu lama berdiam di pondokan (kost) sejak diberlakukannya pembatasan interaksi sosial dan bekerja dari rumah (work from home).
"Aku merasa mental health-ku mulai enggak sehat di kamar terus, waktu itu posisinya udah social distancing seminggu. Rasanya seperti mulai kehilangan akal, bawaannya anxious (cemas)," kata SI kepada Tempo, Sabtu, 28 Maret 2020.
Pegawai Negeri Sipil di salah satu institusi pemerintah pusat ini pun merasa situasi corona di Jakarta semakin mengkhawatirkan. Ia mulai takut kesulitan akses mencari kebutuhan hidup sehari-hari jika nantinya pemerintah menetapkan karantina wilayah atau local lockdown.
Menyadari risiko tindakannya, SI bertanya kepada orang tuanya terlebih dulu apakah diperbolehkan pulang. Menurut SI, orang tuanya memperbolehkan ia pulang karena kasihan dan khawatir dirinya tertekan tetap di Jakarta.
"Kayaknya mereka kasihan aku sendiri di Jakarta, udah mulai stres. Mereka nyuruh aku balik dengan persiapan matang seperti pakai masker, selalu cuci tangan, jaga jarak," kata dia.
SI pun akhirnya bertolak ke Yogyakarta dengan naik pesawat. Moda pesawat dipilih karena lebih cepat sehingga meminimalkan interaksi dengan orang. Ia juga naik memilih kereta untuk menempuh perjalanan ke bandara dengan pertimbangan tak sepadat bus.
Menurut SI, sepanjang perjalanan naik railink, di bandara, hingga di dalam pesawat, orang-orang menjaga jarak dan masing-masing menggunakan masker. Tak banyak pula orang yang dia temui.
Setiba di rumah, SI mengatakan ia langsung membersihkan diri, tanpa ada kontak fisik sama sekali dengan keluarganya. "Begitu sampai rumah pun aku juga social distancing, enggak ke mana-mana. Kumpul di rumah pun tetap jaga jarak."