TEMPO.CO, Yogyakarta - DBD atau Demam Berdarah Dengue merebak di musim hujan kali ini di Provinsi Yogyakarta di tengah wabah virus Corona.
"Di tengah ancaman virus Corona masyarakat perlu juga waspada terhadap ancaman DBD," kata ahli serangga WMP (World Mosquito Program) Yogyakarta, Warsito Tantowijoyo, hari ini, Jumat, 27 Maret 2020.
WMP Yogyakarta merupakan program penelitian yang dipimpin oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dan didanai oleh Yayasan Tahija.
Warsito menjelaskan bahwa korban penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti itu meningkat di awal 2020 berbarengan dengan datangnya musim penghujan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sepanjang Januari-Februari 2020 di provinsi ini terjadi 1.032 kasus DBD dengan 2 orang meninggal di Kabupaten Gunung Kidul.
Sebanyak 1.032 kasus tersebut terdiri 333 kasus penderita DBD di Gunung Kidul, 276 di Bantul, 248 di Sleman, 92 di Kulon Progo, dan 81 di Kota Yogyakarta.
Adapun data kasus DBD secara nasional dari Kementerian Kesehatan, Warsito melanjutkan, sejak 1 Januari hingga 29 Februari 2020 terjadi 13.864 kasus DBD dengan 78 pasien meninggal.
Beberapa daerah bahkan telah menetapkan kasus DBD sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), seperti di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Belitung.
"Kewaspadaan terhadap ancaman DBD di seluruh wilayah ini harus tetap menjadi prioritas, terlebih pada bulan-bulan mendatang."
Warsito pun memprediksi Maret dan April 2020 puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta. Hal tersebut berdasarkan data populasi Aedes Aegypti yang puncaknya sekitar Januari 2020.
“Musim tinggi penyakit DBD biasanya 2-3 bulan pasca puncak populasi nyamuk," tutur Warsito.
Maka WMP Yogyakarta mendukung pemerintah mendorong masyarakat lebih waspada terhadap ancaman penyakit DBD.