TEMPO Interaktif, Palembang: Warga Palembang belum banyak tahu soal kenaikan harga elpiji yang mulai diberlakukan hari ini karena Pertamina baru saja menaikkan harga elpiji sekitar dua bulan lalu.
"Masak naik setiap bulan," kata Mariah, warga Lebak Mulyo Rt 20. Dia mengaku hidupnya sangat sulit jika setiap bulan harga gas elpiji naik, sementara minyak tanah sudah tidak ada lagi di pasaran di Kota Palembang menyusul program konversi minyak tanah ke gas.
Hal senada juga disampaikan oleh Ema , warga Sukamaju. Menurutnya, belum diterapkan saja, harga gas di eceran sudah naik sekitar Rp 80 ribu per 12 kg, karena pedagang mengatakan kalau dijual harga lama, maka dia tidak bisa menebus harga elpiji di agen dengan harga baru.
Staf Humas PT Pertamina Unit Pemasaran (Upms) II Palembang Robert MVD mengatakan kenaikan harga elpiji sudah ditetapkan pusat dan berlaku mulai hari ini. Pihaknya masih menunggu informasi lebih lanjut dari bagian gas domestik.
Kenaikan harga elpiji ini merupakan kedua kalinya dalam dua bulan ini. Sebelumnya pada 1 Juli lalu, Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg dari 51 ribu menjadi Rp 63 ribu . Mulai hari ini Pertamina kembali menaikkan harga gas elpiji 12 kg sebesar 9,5 persen dari Rp 63 ribu menjadi 69 ribu per tabung.
Baca Juga:
Kebijakan Pertamina, harga elpiji terus dinaikan untuk mencapai harga ekonomi. Untuk elpiji kemasan 12 kilogram dan 50 kilogram dinaikkan Rp 500 per kilogram per bulannya sampai mencapai harga keekonomiannya. Secara nasional, harga elpiji keekonomiannya mencapai Rp 11.400 per kilogram.
Juru bicara Pertamina, Wisnuntoro, mengatakan harga jual tabung naik dari Rp 63 ribu menjadi Rp 69 ribu. Tak boleh lebih dari itu. Alasan Pertamina menaikkan harga jual elpiji, kata dia, karena untuk menambal biaya operasional dan ongkos angkut akibat kenaikan harga bahan bakar minyak. Harga lama elpiji masih belum mampu menutupi biaya operasional. "Pertamina masih menanggung kerugian Rp 6,5 triliun meski ada kenaikan harga," katanya.
ARIF ARDIANSYAH