TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio menyarankan kegiatan bulan Ramadan atau bulan puasa yang biasanya mengumpulkan banyak orang untuk dikendalikan. Tujuannya agar tak terjadi penyebaran virus Corona secara luas.
“Bulan Ramadan tinggal sekitar lima minggu lagi dan akan banyak kegiatan berkumpul, seperti tarawih dan lainnya. Jika tidak dikendalikan, dikhawatirkan pengalaman Iran bisa terulang,” kata Amin saat dihubungi, Sabtu 14 Maret 2020.
Amin mengatakan bila pola epidemi Corona ini serupa dengan SARS pada 2003, maka bulan Mei hingga Juni diharapkan Corona sudah banyak menurun. Namun, kata dia, itu hanya prediksi
“Tapi itu di atas kertas, karena kita belum sepenuhnya memahami perangai virusnya,” kata Amin.
Deputi V Badan Intelijen Negara Afini Boer sebelumnya mengatakan lembaganya telah melakukan penghitungan memperkirakan puncak terjadinya penyebaran virus Corona di Indonesia. Menurut dia, puncak penyebaran ini diperkirakan bisa terjadi dalam waktu 60-80 hari setelah pertama kali diumumkan pada 2 Maret lalu.
"Jadi kalau kami hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa," kata Afini dalam diskusi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, 13 Maret 2020.
Afini menjelaskan, simulasi ini dilakukan dengan menghitung jumlah orang yang diduga terpapar virus Corona atau suspected, jumlah pasien sembuh atau recovery dan menelisik mobilitas mereka. "Dengan rumus matematika kami memperkirakan dengan variabel, suspected infected dan recovery, model menunjukkan akan masuk masa puncak di enam puluh sampai 80 hari," kata Afini.