TEMPO.CO, Jakarta - Jalur utama Ponorogo – Pacitan di kilometer 226 yang masuk wilayah Desa Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur amblas setelah hujan mengguyur sejak Rabu malam hingga Kamis dini hari, 19-20 Februari 2020.
Rusaknya infrastuktur dengan lubang berkedalaman 10 meter, panjang 6 meter dan lebar 3 meter itu mengakibatan diberlakukannya sistem buka-tutup lalu lintas. Kendaraan bermotor dari dua arah berlawanan harus bergantian saat melintasi titik jalan yang amblas.
“Khusus untuk truk yang bermuatan berat diminta tidak melintas dan mencari jalan alternatif,” kata Kepala Kepolisian Sektor Slahung Ajun Komisaris Paidi saat dihubungi Tempo melalui telepon selulernya, Kamis, 20 Februari 2020.
Menurut dia, tertutupnya jalan yang amblas bagi truk karena kerusakan jalur provinsi berpotensi semakin parah. Sebab, kondisi tanah di sepanjang akses lalu lintas Ponorogo – Pacitan labil. Maka, dengan tidak diperbolehkannya truk melintas untuk menghindari tertutupnya jalur lalu lintas antarkabupaten akibat jalan amblas maupun tanah logsor.
Kondisi jalan provinsi penghubung Ponorogo – Pacitan terdapat jurang dan tebing di sisi kanan maupun kirinya. Selain itu, juga berkelok khas akses di kawasan pegunungan. Setiap musim hujan, sejumlah titik jalan mengalami amblas maupun longsor.
Ketika bencana alam itu terjadi dan menutup akses lalu lintas, Paidi menuturkan, pengemudi truk dengan muatan berat dari Ponorogo – Pacitan maupun sebaliknya dapat melalui Trenggalek maupun Wonogiri, Jawa Tengah. Namun, jarak tempuhnya lebih jauh dibandingkan melintas di jalur utama.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ponorogo Setyo Budiono mengatakan karena kondisi tanah yang labil maka setiap musim hujan sepanjang jalan Ponorogo – Pacitan rawan longsor dan amblas. “Ketika hujan turun deras hampir dapat dipastikan bencana itu terjadi,” ujar dia.
NOFIKA DIAN NUGROHO