Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cerita WNI eks ISIS: Kami Diintimidasi, Diancam Segala Macam

Reporter

image-gnews
Peserta aksi yang tergabung dalam Barisan Relawan Bhinneka Jaya (Barabaja) berunjuk rasa dengan membawa poster di depan Istana Merdeka Jakarta, Senin, 10 Februari 2020. Mereka menolak rencana pemulangan sekitar 600 warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS kembali ke Indonesia. ANTARA/Wahyu Putro A
Peserta aksi yang tergabung dalam Barisan Relawan Bhinneka Jaya (Barabaja) berunjuk rasa dengan membawa poster di depan Istana Merdeka Jakarta, Senin, 10 Februari 2020. Mereka menolak rencana pemulangan sekitar 600 warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS kembali ke Indonesia. ANTARA/Wahyu Putro A
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - WNI eks ISIS Febri Ramdani menceritakan kisahnya selama 10 bulan bergabung bersama kelompok teroris ISIS di Suriah.

Febri mengungkapkannya dalam acara peluncuran bukunya berjudul "300 Hari Di Bumi Syam: Perjalanan Seorang Mantan Pengikut ISIS" di Kampus Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya, Jakarta, pada hari ini, Selasa, 11 Februari 2020.

"Alasan saya ke sana karena keluarga. Saya pergi ke sana itu 2016, Bulan September. Setahun sebelumnya, Agustus 2015, sekitar 26 orang keluarga saya pergi ke sana semua. Tanpa mengajak saya dan tidak bilang akan ke Suriah," kata Febri.

Febri Ramdani, yang pulang pada 2017, menerangkan bahwa semula dia tak setuju dengan ISIS. Bahkan, dia  ragu dan enggan ikut keluarganya dan mempertanyakan apakah ISIS menerapkan syariat Islam.

"Akhirnya mereka (keluarga) pergi, terkena propaganda ISIS. Juga ada masalah kesehatan dan keuangan."

Menurut Febri, ketika melihat deklarasi ISIS pada 2014 keluarganya bak melihat harapan baru. Seluruh keluarganya lantas meninggalkan dia seorang diri di Indonesia 

"Saya syok ditinggal sendiri. Stress, depresi. Sempat ngekos sendiri. Masuk masa itu, saya berpikir apakah benar yang dikatakan oleh keluarga saya?"

Akhirnya Febri memutuskan membuka situs pro ISIS berisi propaganda yang bagus disertai gambaran kotanya dengan pemerintahan, pusat kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Bahkan pemimpin mereka Abu Bakr Al Baghdadi bilang kalau ke sana kami bisa jadi apa saja. Tidak ada paksaan untuk berperang, untuk mati disana," ujar Febri Ramdani.

Setelah mencari tahu selama setahun, kerabatnya membantu Febri pergi ke Suriah melalui jalur Turki.

Tiba di Suriah, dia menemukan kondisi yang berbeda dengan propaganda ISIS. "Sudah ada bendera-benderanya. Tapi kok beda sama yang dipropagandakan. Kok, hancur semua?"

Tak lama berselang, dia bertemu keluarganya dengan pemberian izin selama 2 hari. Febri pun harus menjalani wajib militer, namun dia menolak.

Febri mengatakan sejak dia tiba di Suriah keluarganya sudah menyatakan ingin pulang ke Indonesia.

Selama satu tahun di sana keluarga Febri Ramdani tidak mendapatkan semua yang dijanjikan oleh ISIS.

"Kami diintimidasi, diancam, segala macam. Akhirnya mereka (keluarga) menjelaskan keburukan yang ISIS lakukan. Akhirnya saya dan keluarga dibantu oleh penduduk lokal untuk keluar dari sana. Akhirnya kami bisa keluar dengan perjuangan yang luar biasa," ujar Febri.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita Mantan Pendukung ISIS: Tobat Setelah Dipenjara

7 Maret 2020

Suasana sel tahanan yang dipenuhi oleh anggota ISIS di Hasaka, Suriah, 11 Januari 2020. REUTERS/Goran Tomasevic
Cerita Mantan Pendukung ISIS: Tobat Setelah Dipenjara

Mantan pendukung ISIS mengatakan bertobat setelah masuk penjara.


Eks Napiter Diminta Keluarga WNI Eks ISIS Fasilitasi Pemulangan

7 Maret 2020

Suasana pengungsian WNI eks ISIS di Al-Hawl, Suriah, 23 Mei 2019. TEMPO/Hussein Abri Dongoram
Eks Napiter Diminta Keluarga WNI Eks ISIS Fasilitasi Pemulangan

Menurut eks napiter, Haris Amir Falah, keluarga WNI eks ISIS yang ingin dipulangkan itu berjumlah 10-12 orang.


Pemerintah Masih Kaji Pemulangan Anak Yatim Piatu WNI Eks ISIS

7 Maret 2020

Suasana pengungsian WNI eks ISIS di Al-Hawl, Suriah, 23 Mei 2019. TEMPO/Hussein Abri Dongoram
Pemerintah Masih Kaji Pemulangan Anak Yatim Piatu WNI Eks ISIS

Pemerintah memutuskan akan memulangkan anak yatim piatu WNI eks ISIS yang berusia di bawah 10 tahun.


Cerita WNI Eks ISIS dalam Film Seeking The Imam

4 Maret 2020

Film Seeking The Imam, yang bercerita mengenai pengalaman WNI eks ISIS ditayangkan eksklusif di Gedung Tempo, Rabu, 4 Maret 2020. TEMPO/Halida Bunga
Cerita WNI Eks ISIS dalam Film Seeking The Imam

Film yang bercerita tentang pengalaman WNI eks ISIS ini mengisahkan tentang pengalaman Dania.


Mahfud MD Sebut Jumlah WNI Eks ISIS yang Terdata Bertambah

28 Februari 2020

Suasana pengungsian WNI eks ISIS di Al-Hawl, Suriah, 23 Mei 2019. TEMPO/Hussein Abri Dongoram
Mahfud MD Sebut Jumlah WNI Eks ISIS yang Terdata Bertambah

Mahfud MD meminta masyarakat dan semua pihak maklum atas adanya perubahan data terkait jumlah WNI eks ISIS di Timur Tengah.


Mahfud MD: BNPT Identifikasi Anak Yatim Piatu WNI Eks ISIS

28 Februari 2020

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD melakukan tanya jawab dengan awak media di kantornya, Jakarta, 25 Februari 2020. Tempo/Friski Riana
Mahfud MD: BNPT Identifikasi Anak Yatim Piatu WNI Eks ISIS

Selain melakukan identifikasi dan validasi terhadap WNI eks ISIS, Mahfud MD menegaskan paspor mereka sudah diblokir.


Yasonna Sebut Sedang Data 1.276 Orang Indonesia yang Gabung ISIS

26 Februari 2020

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly berbincang saat mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 24 Februari 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis
Yasonna Sebut Sedang Data 1.276 Orang Indonesia yang Gabung ISIS

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan ada ribuan orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah.


Pemerintah Tutup Identifikasi Anak WNI Eks ISIS ke Publik

25 Februari 2020

Menko Polhukam Mahfud MD (kedua kanan) menghadiri Seminar Bela Negara di Sabuga, Bandung, Jawa Barat, Ahad, 23 Februari 2020. TEMPO/Prima Mulia
Pemerintah Tutup Identifikasi Anak WNI Eks ISIS ke Publik

Mahfud Md meminta masyarakat mempercayakan proses pemulangan hingga merawat anak-anak WNI eks ISIS itu di tangan negara.


Bukan 600, Menteri Yasonna Sebut Ada 1.276 WNI Eks ISIS di Suriah

25 Februari 2020

Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 24 Februari 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis
Bukan 600, Menteri Yasonna Sebut Ada 1.276 WNI Eks ISIS di Suriah

Sebanyak 297 WNI eks ISIS tersebut memiliki paspor Indonesia dengan data lengkap. Pemerintah sedang melakukan asesmen dibantu pihak intelijen.


Data WNI eks ISIS Mulai Disetor ke Kemenkumham

25 Februari 2020

Menko Polhukam Mahfud MD menjadi pembicara dalam Seminar Bela Negara di Sabuga, Bandung, Jawa Barat, Ahad, 23 Februari 2020. Acara tersebut digelar dengan tema tema
Data WNI eks ISIS Mulai Disetor ke Kemenkumham

Menurut Mahfud Md, pemblokiran paspor itu berlaku untuk WNI eks ISIS yang dewasa. Sementara untuk anak-anak, pemerintah bersedia memulangkan mereka.