TEMPO.CO, Nunukan - Dua mahasiswa Indonesia asal Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang sedang menempuh pendidikan di Cina pulang ke rumah orangtuanya di Pulau Sebatik. Keduanya pulang karena khawatir terjangkit virus corona yang telah menewaskan ratusan orang di negeri tirai bambu tersebut.
Sapriadi, salah satu mahasiswa jurusan Bisnis Internasional Jiansu Institute, Nianjing Cina itu mengatakan dirinya sempat menjalani karantina selama dua pekan sebelum pulang ke tanah air. Namun ia menyebut sejauh yang ia tahu, tak ada WNI di Cina yang terjangkit virus corona.
"Selama disana saya tidak pernah dengar ada WNI atau mahasiswa yang terjangkit virus corona," kata Sapriadi di Pelabuhan Liem Hie Djung Kabupaten Nunukan, Senin, 10 Februari 2020.
Ia pun menyebut letak Wuhan, kota asal virus corona merebak juga jauh dari kota tempatnya menempuh pendidikan.
Rekan Sapriadi, Muh Sahrul mengatakan ia memutuskan pulang karena khawatir dengan terus merebaknya virus corona di Cina. "Saya pulang bersama Sapriadi karena orangtuanya khawatir keselamatan di sana (Nianjing)," ujarnya.
Meskipun biaya transportasi kembali ke tanah air ditanggung sendiri tetapi mereka rela demi memuaskan kedua orangtuanya yang khawatir.
Sapriadi dan Sahrul menempuh dua hari perjalanan dari Cina. Ia pulang lewat Bandara Internasional Soekarno Hatta setelah transit di Bangkok. Keduanya sama-sama mengaku tidak diperiksa petugas kesehatan di bandara sampai tiba di Bandara Juwata, Tarakan.
"Saya tidak pernah diperiksa oleh petugas kesehatan waktu sampai di Bandara Sukarno Hatta dan Juwata Tarakan," kata keduanya.
Sirajuddin, ayah Sapriadi mengatakan dirinya memang merasa khawatir atas wabah virus corona di Cina sehingga meminta anaknya untuk pulang sementara. Ia belum mengetahui kapan anaknya akan kembali kuliah di Nianjing.
"Sebelum ada kepastian kondisi Cina aman dari virus corona belum membiarkan dulu kembali ke sana. Nanti ada panggilan dari kampusnya baru melepaskan kembali ke Cina," kata Sirajuddin.