TEMPO.CO, Jakarta - Anggota komisi I DPR RI Fraksi Partai NasDem Willy Aditya menilai wacana pemulangan 600 orang Indonesia pendukung ISIS adalah suatu kesesatan.
"Secara pribadi, berpikir mengembalikan 600 eks WNI pendukung ISIS adalah suatu kesesatan," kata Willy dalam diskusi Crosscheck bertajuk Menimbang Kombatan ISIS Pulang di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta pada Ahad, 9 Februari 2020. Diskusi itu juga menghadirkan staf ahli Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin, pengamat terorisme UI Ridlwan Habib, dan Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
Willy mengatakan, terorisme merupakan sebuah kejahatan kemanusiaan. Menurut dia, orang Indonesia pendukung ISIS yang sukarela meninggalkan Indonesia adalah ekspresi ideologi yang paling optimal untuk mengejar mimpinya dan berperang di sana. Bahkan menurut dia, pemisahan antara laki-laki, perempuan, dan anak-anak tidak dibutuhkan.
Ideologi ini, kata dia, ideologi monolitik dan totalitarian yang semua unitnya digunakan sebagai sebuah sarana aktif untuk perjuangan tertentu. “Kita enggak bisa kategorisasi ini cuma anak-anak dan perempuan."
Willy menilai, saat ini merupakan waktu dan momentum yang tepat bagi pemerintah dalam hal ini BNPT, Kemenko Polhukam untuk melakukan kontra-propaganda terorisme yang dilakukan oleh ISIS. Di antaranya kontra-propaganda terhadap ISIS yang merekrut anggota melalui media sosial. “Eh, kalian kalau mau macam-macam membela hal itu ini akibatnya, kalian akan kehilangan kewarganegaraan, dan terlunta-lunta."
Mengenai status kewarganegaraan, kata Willy. hal itu telah jelas diatur dalam UU nomor 6 tahun 2012. Ia tak setuju mereka disebut sebagai WNI eks ISIS, melainkan eks WNI yang belum tentu eks ISIS. Dalam undang-undang itu, kata Willy, disebutkan bahwa seseorang yang menjadi kombatan negara lain akan gugur kewarganegaraannya.
Selain itu, undang-undang juga menyebut WNI yang telah berada selama di luar negeri selama lima tahun, akan gugur kewarganegaraannya, apalagi jika tidak melakukan perpanjangan visa. Willy menilai mereka tidak melakukan prosedur itu. “Bahkan membakar paspor. Itu kan bagian dari proses kampanye, gue sudah kaffah sebagai kombatan."
Willy menegaskan dan turut mengajak masyarakat agar bersama-sama mengunakan momentum ini untuk membuat kontra propaganda dampak-dampak bergabung dengan ISIS melalui media sosial, seperti halnya ISIS melakuakn rekrutmen melalui jaringan di dunia maya.