TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengkritik keputusan pemerintah untuk membangun Terowongan Silaturahmi, yang akan menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral. Pembangunan terowongan ini, dinilai Gomar bukan hal yang substansial dalam membangun silaturahim yang eksistensial.
"Kita ini sudah terlalu penuh dengan simbol-simbol kerukunan umat beragama. Kerukunan antar umat beragama telah direduksi menjadi formalistik dan sangat elitis," kata Gomar saat dihubungi Tempo, Ahad, 9 Februari 2020.
Terowongan bawah tanah ini memang diharapkan menjadi simbol silaturahmi dan kerukunan antar umat beragama. Pembangunannya juga mempertimbangkan mulai tinggingya kunjungan kenegaraan maupun kunjungan umum ke kedua tempat ibadah yang menjadi cagar budaya nasional itu.
Gomar menyayangkan jika upaya pemerintah untuk mengatasi intoleransi adalah melalui pembangunan simbol semata. "Simbol-simbol dikedepankan, tapi fakta-fakta intoleransi dibuatkan berkembang."
Gomar menyarankan, ketimbang membangun terowongan itu, akan lebih baik bila pemerintahan Presiden Joko Widodo berfokus pada upaya mengatasi masalah perizinan membangun rumah ibadah. Gomar mengatakan saat ini masih banyaknya rumah ibadah tidak bisa berdiri karena aksi-aksi intoleran.
Hal-hal seperti ini, kata Gomar, justru yang sangat menggerus kerukunan yang telah puluhan tahun dihidupi bangsa ini. "Kita membutuhkan kerukunan yang eksistensial bukan yang formalistik dan simbol-simbol semata."
Rencana pembangunan Terowongan Silaturahmi diungkapkan Jokowi saat ini meninjau renovasi Masjid Istiqlal, kemarin Jumat, 7 Februari 2020. Pembangunan terowongan dilakukan bersamaan dengan renovasi besar di Masjid Istiqlal.