TEMPO.CO, Yogyakarta- Presiden Singapura Halimah Yacob mengunjungi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta atau UGM, Kamis, 6 Februari 2020. Dia berdialog dengan mahasiswa tentang celah yang masih harus banyak dieksplorasi dalam kerja sama antar kedua negara, yaitu area ekonomi digital.
Sebagai generasi yang melek teknologi, kata Halimah, para mahasiswa memiliki kesempatan yang besar memanfaatkan teknologi tersebut untuk kemajuan di berbagai bidang. Halimah berharap ada kerja sama yang lebih khusus di bidang teknologi finansial, e-commerce, artificial intelligence, serta layanan big data.
“Ada sinergi yang natural dan banyak area di mana kita bisa saling belajar dari satu sama lain. Saya percaya kerja sama antara Singapura dan Indonesia bersifat win-win dan kita bisa sama-sama mendapatkan keuntungan darinya,” kata Halimah di Gedung Pusat UGM.
Kedatangan Halimah Yacob ke UGM sebagai bagian dari kunjungan kenegaraan selama dua hari di Yogyakarta. Di UGM, ia mengikuti sesi dialog bertajuk Singapore and Indonesia: Strengthening Bridges and Progressing Together yang dihadiri puluhan mahasiswa UGM dari berbagai fakultas.
Halimah menyatakan Indonesia dan Singapura memiliki hubungan baik yang telah terjalin sejak lama. Hubungan ini, menurutnya, perlu terus dipertahankan hingga tahun-tahun ke depan untuk menghadapi beragam tantangan bersama.
“Sudah banyak hal yang dicapai melalui kerja sama selama ini. Saya mendorong kalian untuk melanjutkan hal ini di tahun-tahun mendatang demi keuntungan bersama jangka panjang,” kata dia.
Menurutnya berbagai kolaborasi yang telah dilakukan Singapura dengan pemerintah ataupun lembaga lainnya di Indonesia telah menunjukkan hasil yang sangat positif. Dia juga merespons berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh mahasiswa. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah terkait upaya Singapura dalam mewujudkan perdamaian di tengah masyarakat yang sangat beragam.
Halimah menyatakan persatuan diperoleh melalui proses yang panjang dan sulit. Salah satu pendukung dalam proses tersebut, menurutnya, adalah keberadaan platform berupa organisasi lintas agama dan lintas ras, baik di tingkat nasional maupun dalam lingkup yang lebih kecil.
Perdamaian, kata dia, bisa dipupuk ketika setiap individu yang berbeda bisa menyadari suatu kepentingan bersama yang mereka miliki, dan mau berupaya untuk mencapai hal tersebut. “Jangan fokus pada perbedaan atau konflik, tapi fokuslah pada persamaan. Kita sama-sama umat manusia, sama-sama membutuhkan pendidikan, pekerjaan dan lainnya, dan itu tidak mungkin bisa didapatkan tanpa adanya perdamaian,” kata dia.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan pihaknya memiliki hubungan yang erat dengan universitas-universitas di Singapura, khususnya dengan National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University (NTU), dan Singapore Management University (SMU). Kerja sama yang telah terjalin ini meliputi pertukaran mahasiswa, pertukaran dosen, program summer course, entrepreneurship bagi mahasiswa, serta program leadership training.
“Kolaborasi antara UGM dan institusi di Singapura telah menjadi tradisi yang panjang. Di UGM, kami memiliki sekitar 30 pengajar yang lulus dari Singapura dan kami sangat bangga terhadap mereka,” kata Panut.
MUH SYAIFULLAH