TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan konflik-konflik global ke depan bisa dapat diselesaikan lewat pendekatan agama. Alasannya, agama mengajarkan toleransi.
Menurut Ma'ruf, konflik-konflik yang terjadi saat ini sudah susah diselesaikan dengan pendekatan politik, apalagi senjata. "Maka saya yakin ke depan yang bisa menyelesaikan konflik global adalah pendekatan keagamaan," kata dia dalam pidatonya di acara peringatan Harlah NU ke-94 di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Jumat, 31 Januari 2020.
Ma'ruf menjelaskan agama sejatinya bukan sumber konflik. Agama justru harus menjadi sumber kerukunan baik di tingkat nasional maupun global.
Para tokoh agama kini tidak cukup sekadar rukun satu sama lain. Mereka, kata Ma'ruf, dituntut untuk bisa mendamaikan konflik-konflik yang ada di tingkat nasional atau global.
"Jadi para tokoh agama bukan hanya rukun tapi merukunkan. Saya dorong upaya merukunkan umat secara nasional dan mencegah konflik nasional bahkan merukunkan tokoh umat di seluruh dunia," kata Ma'ruf.
Secara khusus, Ma'ruf meminta kader-kader NU bisa mengambil peran penting dalam mendamaikan konflik yang terjadi di seluruh dunia. "Saya yakin peran itu dapat diraih NU," ujarnya.
Menurut Ma'ruf, sejak didirikan, NU membawa amanah mengembangkan paham ahlussunah wal jamaah. Tugas ini semakin hari semakin berat karena banyak paham-paham lain yang berkembang. "Oleh karena itu mengawal ahlusunnah wal jamaah pada masa sekarang menjadi semakin penting," kata dia.
NU, kata Ma'ruf Amin, juga harus terus menjaga dan mengembangkan cara berpikir dalam agama yang moderat, dinamis, dan memiliki kaidah (manhaj). Cara berpikir seperti ini cirinya adalah tidak konservatif namun tak pula liberal. "Ini cara berpikir yang rasional, dinamis, tapi ada framenya. Ini yang harus kita kembangkan dan kita jaga. Apalagi dengan banyak cara berpikir radikalis, cara penafsiran yang banyak menyimpang," ujarnya.