TEMPO.CO, Yogyakarta - Mulai hari ini tak ada lagi desa dan kecamatan di Kabupaten Kulon Projo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Begitu juga dengan jabatan kepala desa dan camat.
Kulon Progo menjadi daerah percontohan penerapan nomenklatur pemerintahan yang baru di Provinsi DIY yang diterapkan sejak hari ini, Senin, 27 Januari 2020.
Selanjutnya, penyebutan desa berubah menjadi kelurahan yang dipimpin lurah. Sedangkan kecamatan menjadi kapanewon yang dihela oleh seorang panewu.
"Perubahan nama kelembagaan ini tidak akan mempengaruhi administrasi pertanahan dan perubahan nama kalurahan pada KTP (Kartu Tanda Penduduk)," kata Kepala Kepala Biro Tata Pemerintahan Sekretariat DIY Maladi pada Sabtu lalu, 25 Januari 2020.
Perubahan penamaan tersebut pelaksanaan Undang Undang Keistimewaan DIY Nomor 13 Tahun 2012. Nomenklatur baru juga menyesuaikan struktur Pemerintahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
Menurut Maladi, perubahan kelembagaan akan diterapkan secara penuh pada Februari mendatang.
Setelah Kabupaten Kulon Progo, penerapan nomenklatur baru akan dilanjutkan di Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan terakhir Kota Yogyakarta.
Khusus untuk Kota Yogyakarta, kecamatan berubah menjadi kemantren yang dipimpin oleh mantri pamong praja.
Maladi mengatakan para pejabat lurah, mantri pamong praja, dan panewu akan dilantik Bupati Kulon Progo dan dikukuhkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
“Ada pelantikan kembali karena perubahan kelembagaan sesuai nomenklatur baru. Tidak ada penambahan masa jabatan," ujar Maladi.
Kabupaten Kulon Progo akan memiliki 58 orang lurah dan 29 penjabat lurah per hari ini.
Di seluruh wilayah DIY terdapat 78 kemantren/kapanewon (kecamatan) yang terbagi menjadi 14 kemantren di Kota Yogyakarta dan 64 kapanewon di tiga kabupaten.
Paniradya Pati (Pemimpin Bidang Keistimewaan DIY) Benny Suharsono menuturkan bahwa pelaksaaan nomenklatur ini bisa dipandang sebagai upaya Yogya menjaga kekhasan lokalitas kulturnya.
"Kekhasan ini menjadi salah satu kekuatan pula dalam sektor pariwisata, karena unik dan akan memberi kesan berbeda," ujarnya kepada Tempo.