TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan bagi umat Islam Indonesia, negara ini adalah negara kesepakatan dengan nonmuslim. Pancasila maupun bentuk negara kesatuan, kata dia, juga kesepakatan. Karena itu tidak boleh diubah dengan satu ideologi atau sistem lain meski bernuansa Islam.
"Pancasila adalah kesepakatan, NKRI kesepakatan, kita enggak boleh ganti Pancasila dengan ideologi lain, enggak boleh ganti sistem NKRI dengan sistem yang lain walau yang menggantikan sistem tersebut Islam seperti khilafah, karena menyalahi kesepakatan," kata Ma'ruf dalam sambutannya di acara wisuda sarjana strata satu angkatan ke XXIII Sekolah Tinggi Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi, di Gedung Serbaguna I, Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Ahad, 26 Januari 2020.
Ma'ruf pun meminta semangat mencintai Indonesia ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Ia menuturkan komitmen kebangsaan atau nasionalisme tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan, kata dia, Rasulullah SAW mengajarkan dan menganjurkan umatnya untuk cinta tanah air.
Dalam suatu hadis, kata Ma'ruf, Nabi Muhammad dikisahkan mempercepat langkah hewan tunggangannya ketika ia melihat dataran tinggi Kota Madinah jika kembali dari suatu perjalanan. Ulama menafsirkan hadis ini sebagai anjuran untuk mencintai tanah air dan merindukannya.
"Ajaran Islam tentang cinta tanah air seperti yang dicontohkan Rasul tersebut telah diamalkan oleh para pemuka agama dan pemimpin Islam di Indonesia. Hal ini terlihat peran umat Islam khususnya ulama dan santri dalam proses berdirinya bangsa Indonesia sangat besar," ujar Ma'ruf.
Di sisi lain, menurut dia, pemerintah sedang menanamkan komitmen kebangsaan dan langkah kontra radikalisme kepada masyarakat sejak dini. Upaya ini dilakukan mulai dari pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. Adapun bagi mereka yang dinilai sudah terpapar radikalisme, pemerintah melakukan deradikalisasi.
"Ini yang kami lakukan supaya menguatkan komitmen kebangsaan dan kenegaraan kita dan supaya menganut pemahaman agama yang moderat apa yang kita sebut Islam wasatiyah, Islam rahmatan lil alamin, Islam yang moderat bukan Islam yang radikal," tuturnya.