TEMPO.CO, Yogyakarta - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono mengatakan banyak yang harus dibenahi untuk mengikuti Kampus Merdeka Menteri Nadiem Makarim. "Kebijakan Kampus Merdeka merupakan pola baru sistem pembelajaran di perguruan tinggi Indonesia," kata Panut, Ahad, 26 Januari 2020.
Akan ada banyak hal yang harus dibenahi dan disesuaikan mulai dari kurikulum, dosen, sistem informasi, dan lain-lain. UGM siap melakukan penyesuaian dan pembenahan agar tujuan Kampus Merdeka dapat dicapai dengan baik.
Panut berharap, UGM yang merupakan universitas negeri tertua di Indonesia ini bisa menjadi universitas yang memimpin dalam transformasi pembelajaran di era 4.0. “Saya berharap UGM menjadi leader dan trendsetter transformasi pembelajaran 4.0.”
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meluncurkan empat program kebijakan untuk perguruan tinggi. Program yang bertajuk "Kampus Merdeka" ini merupakan kelanjutan dari konsep "Merdeka Belajar" yang diluncurkan sebelumnya.
"Perguruan tinggi di Indonesia harus menjadi ujung tombak yg bergerak tercepat, karena dia begitu dekat dengan dunia pekerjaan, dia harus yang berinovasi tercepat dari semua unit pendidikan," ujar Nadiem di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Jumat, 25 Januari 2020.
Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA), Hatma Suryatmojo, menyatakan UGM selalu melakukan penyesuaian dan inovasi kurikulum untuk merespons perubahan dan tuntutan di tingkat lokal, regional hingga global. Ini dilakukan untuk memenuhi mandat negara kepada UGM terutama dalam memimpin keilmuan dan kontribusi nyata untuk kemaslahatan masyarakat.
Hatma menambahkan pada 2016, UGM telah meluncurkan Kerangka Dasar Kurikulum (KDK) sebagai panduan pengembangan kurikulum di seluruh program studi. Seiring dengan perkembangan kebutuhan ekosistem pendidikan yang selaras dengan inovasi-inovasi hasil revolusi industri 4.0 dan pendidikan berbasis luaran (outcome based education) maka dibutuhkan penyesuaian dan penyempurnaan KDK.
Pada pertengahan 2019, rektorat membentuk tim perumus Kurikulum UGM yang terdiri dari unit PIKA, Direktorat Pendidikan dan Pengajaran (DPP) dan Kantor Jaminan Mutu (KJM). Kajian terhadap berbagai kebijakan, kebutuhan keterampilan dan kompetensi Abad 21, fleksibilitas belajar, sinergi bersama mitra untuk pengembangan kompetensi dan pemanfaatan teknologi digital untuk pembelajaran dan diseminasi.
“Kebijakan Menteri Pendidikan tentang Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka memberikan peluang besar dan sejalan dengan apa yang sedang dikembangkan oleh tim kurikulum UGM,” kata Hatma
Kesempatan untuk merdeka belajar telah diterjemahkan dengan memberikan ruang inovasi seluas-luasnya bagi program studi untuk meningkatkan kompetensi global melalui berbagai mata kuliah kekinian. Seperti transformasi digital, STEAM (Science Technology Engineering Arts Mathematics), SDGs (Sustainable Development Goals), softskill, kompetensi abad 21 dan lain-lain.
Kemerdekaan itu juga memberikan peluang untuk mengembangkan program-program magang/internship dan immersion bersama profesional, alumni, praktisi dan mitra strategis UGM. “Hambatan tentu selalu ada, namun dengan kesempatan yang diberikan oleh Kemendikbud harus direspon sebagai sebuah peluang untuk melakukan loncatan besar menuju kemandirian dan keunggulan UGM di kancah nasional dan global,” kata Hatma.
MUH SYAIFULLAH | BUDIARTI UTAMI PUTRI