TEMPO.CO, Jakarta - Eks Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino, tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan quay container crane (QCC) di PT Pelindo II, mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pemberantasan Korupsi atas pemanggilan pemeriksaannya hari ini.
"Saya terima kasih. Karena setelah tunggu 4 tahun, akhirnya saya dipanggil ke sini. Saya harap proses ini bisa memperjelas status saya, karena saya terakhir ke sini Februari 2016," kata RJ Lino di Gedung Merah Putih KPK, Kamis malam, 23 Januari 2020.
KPK memeriksa RJ Lino pada hari ini, Kamis 23 Januari 2020 sejak pukul 10.00 hingga 21.40 WIB. Pemeriksaan selama hampir 12 jam itu terkait hasil penghitungan kerugian negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
"Apa yang ditanyakan sudah saya jawab semua. Mudah-mudahan itu jadi dasar dari selanjutnya. Saya harap status saya lebih jelas," kata RJ Lino.
Dalam pemeriksaannya hari ini, Lino terlihat membawa satu buah tas berisi dokumen. "Ini dokumen saja. Ini bahan saya buat jawab. Sudah 10 tahun lalu masa ingat? Saya merasa terhormat diundang ke sini sehingga mudah-mudahan bisa memperjelas persoalannya."
Lino menegaskan, ke depan, dirinya akan siap menghadapi seluruh proses penyidikan KPK. Dia juga menyebut enggan mengajukan praperadilan jika statusnya belum jelas. "Apapun saya hadapi. Kalau saya ajukan peradilan, bikin kaya lawyer saja. Buat apa?" ujarnya.
Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri mengatakan, hingga saat ini penyidik KPK berusaha menyelesaikan berkas perkara dalam waktu singkat agar bisa segera melimpahkan kasus dugaan korupsi RJ Lino ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
"Penyidikan sudah berjalan lama dan tinggal menunggu perhitungan kerugian negara," kata Ali di Gedung Merah Putih, Kamis malam.
RJ Lino adalah mantan Direktur Utama PT Pelindo II. Dia ditetapkan sebagai tersangka pada Desember 2015. Penyidikan tertunda gara-gara kendala dalam penghitungan kerugian negara oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
KPK menduga RJ Lino menyalahgunakan wewenangnya dengan menunjuk langsung PT Wuxi Hua Dong Heavy Machinery dari Cina sebagai penyedia 3 unit crane itu di Pelabuhan Panjang, Palembang, dan Pontianak.