TEMPO.CO, Tasikmalaya- Kepala Kepolisian Resor Tasikmalaya Ajun Komisaris Besar Dony Eka Putra mengatakan Kesultanan Selaco alias Selacau Tunggul Rahayu di Kampung Nagara Tengah, Desa Cibungur, Kecamatan Parung Ponteng, Kabupaten Tasikmalaya sudah tidak aktif.
"Selama ini sudah tidak ada kegiatan, karena terakhir waktu viral Oktober 2018 itu sudah diambil tindakan dari kodim (komando distrik militer)," kata Dony kepada Tempo, Ahad, 19 Januari 2020.
Tindakan itu di antaranya adalah penyitaan atribut-atribut kesultanan yang menyerupai simbol TNI. Doni memastikan bahwa informasi yang beredar ihwal Kesultanan Selaco dilakukan sebelum 2018. "Setelah kejadian itu kita selalu lakukan pemantauan, tidak ada lagi kegiatan yang meresahkan masyarakat," ujarnya.
Kesultanan Selaco dipimpin oleh Rohodin yang mengaku keturunan Raja Pajajaran. Dia bergelar Patra Kusumah VIII. Menurut Doni pergerakan Rohodin masih dalam pemantauan polisi.
"Sekarang (Rohodin) di Tasikmalaya. Kemarin sempat di Cimahi kita monitor kegiatannya, tapi sampai sekarang kegiatannya vakum dan masyarakat juga enggak ambil pusing dengan kegiatannnya," tutur kapolres.
Berdasarkan keterangan yang didapat dari Rohodin, Dony menyebut upaya Rohodin membuat kerajaan merupakan upaya peleastarian budaya dan menjaga warisan kesultanan. Rohodin juga tak mengaku sebagai sultan, melainkan penerus kesultanan Selacau
"Yang penting kegiatannya tidak meresahkan masyarakat. Kalau ada kegiatan budaya silakan saja, tapi kami imbau jangan sampai kegiatan itu dapat meresahkan dan merugikan masyarakat," ujar Dony.
Kesultanan Selaco alias Selacau di Kabupaten Tasikmalaya berdiri sejak 2004. Sejumlah kegiatan dalam unggahan video di youtube hingga foto sultan beredar melalui pesan singkat dan grup WhatsApp. Gambar itu memperlihatkan sultan dengan petinggi kesultanan tengah mengenakan pakaian menyerupai TNI. Terlihat pula petinggi kesultanan ini mengenakan baret menyerupai baret Sunda Empire di Bandung.
HALIDA BUNGA FISANDRA