TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Banten masih menetapkan status tanggap darurat bencana hingga tanggal 14 Januari. Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengatakan Banten juga masih mewaspadai cuaca ekstrem yang akan terjadi berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
"Kepala BMKG mewanti-wanti saya untuk berkoordinasi dengan kepala daerah lainnya di tiga hari kedepan, wilayah ekstrem atau cuaca ekstrem masuk di wilayah Banten," kata Andika di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa, 7 Januari 2020.
Provinsi Banten, khususnya Kabupaten Lebak, terdampak paling parah akibat banjir bandang yang terjadi pada Rabu, 1 Januari 2020. Sejumlah daerah terisolasi karena terputusnya akses. Menurut Andika, ada enam kecamatan yang mengalami kerusakan parah.
Dia merinci, enam kecamatan ini mencakup 30 desa/kelurahan, 2.914 Kepala Keluarga (KK), dan 11.400 jiwa. Banjir bandang itu juga merenggut nyawa sembilan orang.
Sejumlah infrastruktur juga mengalami kerusakan, yaitu 30 jembatan, 19 sekolah dari tingkat PAUD hingga SMP, 1226 rumah terendam, dan 520 rumah rusak ringan. Sebanyak 1.310 rumah rusak berat, hancur, bahkan hanyut terbawa arus.
Andika mengatakan, Pemprov Banten saat ini berfokus melakukan evakuasi terhadap para korban. Dia berujar mereka diberikan pengungsian yang layak, makanan, pelayanan kesehatan, serta pendidikan bagi siswa yang sekolahnya terdampak.
Pemprov Banten bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia untuk evakuasi serta menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terisolasi.
"Masyarakat yang terisolir sudah dapat diberikan bantuan baik logistik dan evakuasi ke tempat pengungsian yang layak dari bagi tempat yang terdampak parah," ujar dia.