TEMPO.CO, Jakarta - TNI Angkatan Udara atau TNI AU menerbangkan pesawat CN 295 tipe A 2901 dari Landasan Udara Halim Perdanakusuma pada Selasa, 7 Januari 2020 pukul 14.25 WIB. Penerbangan ini bertujuan untuk menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
TMC dilakukan dengan cara menyemai garam NaCl di atmosfer wilayah Selat Sunda, Lampung dan barat pulau Jawa. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi cuaca ekstrim di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Tempo berkesempatan turut serta dalam penerbangan yang terdiri dari 12 awak pesawat dan dua petugas bidang meteorologi dan klimatologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Penerbangan ini dipimpin oleh Mayor Penerbang Anto Ngimron.
Penerbangan siang ini membawa 2,4 ton garam. Di dalam pesawat, terdapat 4 konsol yang berisi 8 tabung garam. Tabung itu saling terhubung untuk disalurkan menuju pipa sepanjang 1,5 meter yang tergantung di bawah ekor pesawat. Pipa itu dibuka di sejumlah titik awan pada ketinggian sekitar 10-11 ribu kaki.
Delapan anggota TNI operator tabung memulai penyemaian pertama pukul 14.50 WIB. Mulanya, tabung pertama yang berada paling depan bagian pesawat dibuka. Pembukaan 8 tabung itu dilakukan secara bergantian, depan dan belakang, hingga menuju tengah untuk menjaga keseimbangan beban pesawat.
Aba-aba membuka pipa diberikan oleh Mayor Penerbang (pilot) Anto Ngimron setelah berkoordinasi dengan dua petugas BPPT. Informasi itu dikomunikasikan melalui attendant control kepada Lettu Shahrul Rahmad agar dapat memberi komando kepada timnya membuka pipa-pipa console.
"Kita mencari awan yang aktif dan besar. Tapi kita kan ada wind indicator, jadi kita tidak perlu masuk ke dalam awan, tetapi hanya terbang di sampingnya. Mepet-mepet sesuai dengan arah angin," ujar Ngimron.
Pembuangan garam dari tabung itu dilakukan dengan sistem pressurize pesawat. Garam baru bisa bergerak dari tabung ketika pipa dialiri udara yang berasal dari kabin pesawat. Maka ketika pipa dibuka, tekanan udara di dalam kabin semakin menipis. Hal itu menyebabkan setiap kali penyemaian tak bisa dilakukan lebih dari 5 menit demi keamanan dan keselamatan pesawat.
Untuk memperlancar pembuangan garam, anggota tim TNI memukul tabung dan pipa penghubung dengan palu karet. "Kalau dingin, dia suka menggumpal. Karena itu bahannya seperti tepung. Jadi kalau dingin jadi padat. Antisipasinya dipukul pakai palu," kata Lettu Shahrul.
Petugas BPPT, Edvin Aldrian menjelaskan TMC kali ini menemukan sejumlah awan pekat dan tebal di atas wilayah Lampung. "Ini pilotnya pinter, canggih. Jadi awannya dikelilingi saja, enggak masuk ke awan. Kalau dimasuki berguncang-guncang," ujarnya.
Edvin berharap, upaya yang sudah dilakukan sejak 3 Januari 2020 ini bisa mengurangi curah hujan. "Kami harap yang turun di sekitar yang disemai jadi dekat Selat Sunda. Diharapkan hujannya dikurangi agar bisa dijatuhkan sebelum Jakarta.
Penyemaian selesai pukul 15.35. Sesaat setelahnya, anggota TNI membongkar sambungan pipa sepanjang 1,5 meter itu dari dalam kabin dan menutup lubang pembuangan. Pesawat mendarat di Lanud Halim pukul 16.00 WIB.