TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP Megawati Soekarnoputri berharap Indonesia belajar dari pemerintah dan warga Jepang dalam menghadapi bencana. Ia juga menceritakan pengalamannya merasakan gempa saat sedang berada di Jepang.
Megawati dan keluarganya sudah hendak lari keluar dari restoran yang dikunjungi kala itu. Namun warga Jepang yang menemani mereka justru melarang hal tersebut.
"Teman saya yang orang Jepang bilang tidak usah lari. Nanti diberitahu kapan kita mesti lari. Jadi ada alarm," kata Megawati di sela kegiatannya di Tokyo, Jepang, dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu, 7 Januari 2020.
Menurut Megawati, alarm pertama artinya warga diminta waspada. Alarm kedua berarti warga diminta keluar dari dalam gedung.
"Jadi begitu. Itu masih berjalan terus cara memberikan warning. Jadi early warning systemnya bagus. Dibandingkan kita, aduh..., bukan lemah, tapi tidak ada," kata mantan presiden ini.
Megawati mengatakan sistem peringatan dini ini harus dipikirkan. Ia berujar telah memulai hal ini lewat pembentukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) saat menjadi wakil presiden lalu presiden RI.
"Sekarang sudah ada, kenapa rakyat tidak diedukasi, disosialisasi?" kata Megawati.
Sebagai ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati berjanji akan lebih masif mendorong agar pendidikan sadar bencana digalakkan seperti di Jepang. Di Negeri Sakura itu, anak-anak dari umur TK sudah diajari menghadapi bahaya bila gempa terjadi.
Maka, Megawati mengatakan tingkat kewaspadaan warga negara Jepang terhadap bencana sudah sangat kuat. "Itu yang seharusnya perlu dicontoh ya," ujar dia.