TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan mengaku sempat melihat dua penyerangnya berada di depan rumahnya sebelum beraksi pada subuh, 11 April 2017. Salah satu penyerang, kata dia, bahkan pura-pura sedang senam di depan rumahnya.
Novel bercerita saat itu baru saja keluar dari rumah untuk berangkat ke masjid untuk salat subuh. Dia melihat ada dua orang yang berada di seberang jalan rumahnya di Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Selatan.
“Satunya duduk melihat ke arah saya dan satunya lagi seolah-olah sedang senam karena ada seorang ibu-ibu yang lewat di situ,” kata dia seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 5 Januari 2019.
Novel mengingat ciri-ciri dua orang ini. Menurut dia, salah satu pelaku tubuhnya tinggi, putih dengan rambut agak panjang. Satu orang lainnya tidak terlalu tinggi dengan kulit gelap. “Mereka ketika itu tidak memakai helm,” kata Novel.
Kejadian setelah salat subuh hari itu, dua orang ini menyiram wajah Novel dengan air keras. Siraman air korosif itu membuat mata Novel cedera parah. Tiga tahun berlalu polisi baru bisa menangkap kedua tersangka pada akhir Desember 2019, yaitu dua anggota Brimob, Ronny Bugis dan Rahmat Mahulette.
Novel berkata belum bisa memastikan apakah kedua orang ini adalah pelaku penyerangan terhadap dirinya. Ia menduga kedua pelaku hanyalah orang suruhan. Ia menilai tuduhan Rahmat Mahulette bahwa dirinya pengkhianat menandakan bahwa ia bukanlah pelaku tunggal.
“Poin pentingnya adalah ketika dia bilang pengkhianat, perbuatannya dia tidak berdiri sendiri, berarti dia orang suruhan, saya semakin yakin itu,” kata Novel.
Baca berita selengkapnya di Majalah Tempo, "Jejak Gelap Dua Brigadir".