TEMPO.CO, Medan-Banjir bandang melanda Dusun Siria-ria, Desa Pematang, Kecamatan Nasambilan-nasapuluh, Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatera Utara, Ahad dini hari kemarin, 29 Desember 2019. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan keadaan darurat dan membahayakan sudah terlewati meski masih ada tiga korban hanyut yang belum ditemukan.
Pemerintah daerah, kata Edy, menurunkan tim untuk memberikan bantuan evakuasi, alat berat dan logistik. Menurutnya ada dua desa terdampak yang kondisinya cukup parah dan kemungkinan warganya akan direlokasi.
Edy mengaku harusnya ia sudah datang ke sana, namun terkendala helikopter milik Basarnas yang tidak bisa terbang. "Tidak bisa lewat darat, jalannya terputus," kata Edy, Selasa, 31 Desember 2019.
Ihwal penyebab Banjir Bandang yang disinyalir akibat aktivitas perusahaan, Edy mengatakan tudingan tersebut sebagai informasi awal yang harus dibuktikan. "Banyak potongan-potongan kayu, berarti ada sesuatu. Tapi harus kita buktikan, ada sesuatu di atas sana, nanti kita cek," katanya.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Utara Baskami Ginting meminta Kapolda Ispektur Jenderal Martuani Sormin mengusut tuntas dugaan penebangan hutan yang mengakibatkan banjir bandang di Kabupaten Labura dan menangkap pelakunya. Baskami menuding bencana alam tersebut karena hutan dibabat habis dan berubah menjadi kebun sawit.
"Kami minta Kapolda menangkap semua pelaku yang terlibat, termasuk orang-orang yang ikut membekingi penebangan hutan tersebut. Siapa pun orangnya, apakah pejabat instansi pemerintah atau oknum-oknum lainnya harus segera ditangkap," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis menyebutkan, banjir disebabkan hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan meluapnya Sungai Lubuk Natiko dan Sungai Siria-Ria.
Air membawa material kayu dan batu dari arah hulu. Tim BPBD dan instansi terkait yang turun ke lapangan menyebutlan tiga rumah hanyut, jembatan penghubung Dusun Padangnabidang menuju Dusun Siria-ria putus total.