Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Santri Pesantren di Yogyakarta Belajar Kesehatan Reproduksi

image-gnews
Pesantren Bumi Cendekia di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, tempat kader Fatayat NU mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi untuk para santri. TEMPO/Shinta Maharani
Pesantren Bumi Cendekia di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, tempat kader Fatayat NU mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi untuk para santri. TEMPO/Shinta Maharani
Iklan
 

Pendamping santri Pesantren Bumi Cendekia, Aina Masrurin mengatakan metode pendidikan kesehatan reproduksi berlangsung dengan cara yang menyenangkan. Santri menonton video tentang organ-organ reproduksi, membuat kelompok, dan presentasi tentang pengalamannya soal pubertas. Santri juga mendapatkan materi bagaimana harus berani menolak ketika ada orang yang menyentuh tubuhnya.

Pendidikan kesehatan reproduksi di pesantren selama ini, menurut Aina, identik dengan hal-hal yang bersifat tabu. Pendidikan kesehatan reproduksi di pesantren kebanyakan belum diajarkan kepada santri.  

Pendidikan kesehatan reproduksi di Pesantren Bumi Cendekia masuk setelah pesantren ini menjalin kerja sama dengan Yayasan Jaringan Pondok Pesantren Nusantara atau Yayasan Janur. Yayasan itu bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk menggelar seminar kesehatan di Yogyakarta pada akhir Agustus 2019. Isi materinya tentang survei dan sosialisasi mawas diri.

Pesantren Bumi Cendekia mengirimkan tiga guru pesantren dan tiga santri untuk mengikuti acara itu. Dari acara tersebut, santri-santri pesantren mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis dari puskesmas terdekat.

Setelah itu, kader-kader Fatayat NU yang bekerja sama dengan Mitra Wacana masuk pesantren untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi yang berlangsung selama satu hari itu, kata Aina minimal memberikan kesadaran bahwa menjaga tubuh dari berbagai bentuk kekerasan seksual itu sangat penting.

“Pemahaman tubuh sebagai aset yang harus dijaga dengan baik. Berani melawan bila ada yang melakukan sentuhan tidak aman ke organ tubuh tertentu,” kata alumnus sebuah pesantren di Kotagede Yogyakarta itu.

Guru dan bagian kesehatan pesantren, Robert Syarifudin menyebutkan pendidikan kesehatan reproduksi berlangsung dengan mendiskusikan kapan pertama kali santri perempuan mulai menstruasi dan santri laki-laki mimpi basah. Mereka juga diminta untuk bercerita tentang pengalaman mereka apakah pernah mengalami kekerasan verbal dan fisik. Pengalaman itu mereka tuliskan dalam kertas plano. Pelatih lalu mengumpulkan cerita-cerita itu.

Lima kader Fatayat melakukan sosialisasi tentang apa yang harus santri lakukan ketika mereka mengalami puber pertama. Ada juga yang menjelaskan bagaimana mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

Sebelum ada pendidikan kesehatan reproduksi, para guru sekolah dan pesantren, kata dia khawatir santri yang mengalami pubertas tidak bisa mengendalikan aktivitas seksual. Di kalangan santri juga beberapa kali muncul bullying, misalnya mengolok-olok santri yang bertubuh gendut.

Di sejumlah pesantren Kota Yogyakarta, santri perempuan dan laki-laki pesantren di Yogyakarta cekikikan dan malu-malu ketika pemateri menyodorkan gambar alat reproduksi.

Vitrin Haryanti, seorang pemateri dari Fatayat memberikan celemek bergambar organ reproduksi perempuan bagian luar, organ reproduksi perempuan bagian luar, dan organ reproduksi laki-laki. Vitrin meminta santri perempuan dan laki-laki untuk mengidentifikasi organ reproduksi itu.

Semula para santri itu resisten dengan kedatangan Vitrin. Tapi, dia kemudian berusaha meyakinkan mereka bahwa pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting untuk masa depan mereka. Vitrin bersama Mitra Wacana, berusaha meyakinkan pemimpin pesantren untuk sosialisasi pendidikan kesehatan reproduksi.

Bersama pemateri lainnya, Vitrin sosialisasi pendidikan kesehatan reproduksi selama empat jam. “Kami tekankan pendidikan kespro ilmu yang penting dipelajari, bukan hal-hal yang saru atau tabu dibicarakan,” kata Vitrin.

Dia aktif memberikan pendampingan pendidikan kesehatan reproduksi kepada para santri sejak 2017. Program mengenal kesehatan reproduksi dan seksual remaja di kalangan santri merupakan kerja sama antara Mitra Wacana dan Fatayat.

Dia pernah menjadi pemateri di Pesantren Ash-Sholihat dikabupaten Sleman. Dalam waktu dekat, ia akan sosialisasi di pesantren di Kabupaten Kulon Progo. Tahun 2017, pendidikan kesehatan repoduksi berlangsung di pesantren-pesantren kota Yogyakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sosialisasi ditujukan kepada santri yang rata-rata berumur 16-17 tahun. Hingga kini, sosialisasi itu berjalan dan jangkauannya lebih luas karena mencakup seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya terdapat rata-rata 100 santri di setiap pesantren yang menerima sosialisasi itu.

Mitra Wacana waktu itu bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta. Salah satu yang aktif berjejaring dengan Mitra Wacana adalah Puskesmas Jetis Yogyakarta. Mereka bersama kader Fatayat menggelar sosialisasi kesehatan reproduksi kepada santri di pesantren Rabingah Prawoto. “Sosialisasi lewat diskusi terfokus,” kata Kepala Puskesmas Jetis Yogyakarta, Ani Mufidah.

Tahun 2018-2019, Mitra Wacana melanjutkan sosialisasinya ke pesantren-pesantren dan cakupannya menjadi lebih luas. Tidak hanya di kota Yogyakarta saja, melainkan ke kabupaten Sleman dan Kulon Progo. Terdapat 15 pesantren setidaknya yang meminta sosialisasi. Mitra Wacana bersama Fatayat NU baru melayani enam pesantren. Mitra Wacana dan Fatayat NU menyiapkan modul yang terus menerus diperbaiki. Pendidikan kesehatan reproduksi di pesantren berlangsung setiap Ahad.

Modul itu menyangkut pengenalan organ reproduksi, pubertas, relasi yang sehat, dan 12 hak kesehatan reproduksi. Identifikasi organ reproduksi misalnya perbedaan sistem reproduksi perempuan dan laki-laki. Misalnya menyangkut organ, fungsi, masa, dan dampak. Di kelas, pemateri menjelaskan bahwa perempuan memiliki masalah kesehatan reproduksi yang lebih kompleks ketimbanglaki-laki.

Direktur Mitra Wacana, Imelda Zuhaida menjelaskan kompleksitas persoalan perempuan itu contohnya kekerasan seksual karena relasi kuasa yang timpang. Pemateri kemudian menekankan bahwa perempuan harus melindungi tubuhnya dari kekerasan seksual. Mereka harus bisa membedakan sentuhan aman dan tidak aman, serta menolak berbagai pemaksaan. Selain itu, materi kelas juga bicara bahwa laki-laki maupun perempuan tidak boleh melakukan kekerasan seksual atau menyakiti orang lain.

Sentuhan aman contohnya sentuhan kasih sayang orang tua kepada anak, sentuhan dokter kepada pasien. Sedangkan, sentuhan tidak aman terjadi ketika orang lain menyentuh organ intim yang berisiko terhadap organ reproduksi. Perempuan harus menjaga wilayah tubuhnya yang rentan mengalami kekerasan seksual, seperti dada, mulut, pantat, wilayah perut ke bawah atau sekitar alat kemaluan. “Harus berani menolak ajakan perilaku seksual,” kata Imelda.  

Selain itu, modul juga membahas tentang 12 hak kesehatan reproduksi,yakni hak untuk hidup, hak atas kemerdekaan dan keamanan, hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi, hak atas kerahasiaan pribadi, hak atas kebebasan berpikir, hak mendapatkan informasi dan pendidikan. Ada juga hak untuk menikah dan tidak menikah serta membentuk dan merencanakan keluarga.

Hak lainnya adalah hak untuk memutuskan punya anak atau tidak punya anak, hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan, hak untuk mendapatkan kemajuan dari ilmu pengetahuan, hak atas kebebasan berkumpul dan partisipasi politik, serta hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk.

Menurut Imelda, untuk mengusir kebosanan dan kebekuan kelas, pemateri menyampaikan materi dengan cara yang partisipatif. Pemateri menyelipkan berbagai bentuk permainan di kelas. Mitra Wacana memulai pendidikan kesehatan reproduksi dengan kesan awal lingkungan pesantren yang jorok, misalnya penggunan celana dalam yang tidak bersih dan tidak rajin mengganti pembalut. “Sosialisasi awalnya seputar bagaimana menjaga kebersihan genital lalu ke materi lainnya,” kata Imelda.

Baca kelanjutannya: Apa pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi ke santri?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

5 jam lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

12 jam lalu

Ilustrasi Pemerkosaan. shutterstock.com
Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.


KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

14 jam lalu

Tersangka mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto saat mencoblos di TPS 901 di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Cabang KPK, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. KPK berkerjasama dengan KPU Provinsi DKI  Jakarta memberikan fasilitas bagi 75 tahanan korupsi untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

KPK kembali menetapkan bekas pejabat Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana pencucian uang atau TPPU.


Kiai Abal-Abal Pemerkosa Santri di Semarang Divonis 15 Tahun Bui, Mantan Jamaah Harap Laporan Penggelapan Uang Segera Diusut

16 jam lalu

Muh Anwar alias Bayu Aji Anwari. Facebook
Kiai Abal-Abal Pemerkosa Santri di Semarang Divonis 15 Tahun Bui, Mantan Jamaah Harap Laporan Penggelapan Uang Segera Diusut

Muh Anwar, kiai abal-abal Yayasan Islam Nuril Anwar serta Pesantren Hidayatul Hikmah Almurtadho divonis penjara 15 tahun kasus pemerkosaan santri.


Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

18 jam lalu

Bus jurusan Yogyakarta - Pati terbakar di Ring Road Barat Sleman Yogyakarta pada Kamis (18/4). Dok. Istimewa
Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

Temuan sementara kepolisian, komponen yang pertama kali terbakar dari bus itu diduga di bagian mesin.


Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

19 jam lalu

Charlie Chaplin di Garut (Youtube)
Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

Aktor komedi Charlie Chaplin pernah mengunjungi Garut pada 1926. Bahkan ia melanjutkan petualangannya ke Yogyakarta dan Bali.


Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

22 jam lalu

Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

Yogyakarta adalah destinasi wisata yang memukau dan layak dikunjungi. Kekayaan budaya dan ragam kulinernya yang enak menjadi alasan terbaik untuk berlibur ke kota ini.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

1 hari lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.