TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno memprediksi, Wiranto berpeluang besar bisa merebut Partai Hanura kembali dari politikus Oesman Sapta Oedang (Oso). "Wiranto figur kunci bagi Hanura selama ini," ujar Adi Prayitno saat dihubungi Tempo pada Kamis, 19 Desember 2019.
Masalahnya, Wiranto adalah Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang secara etik politik akan disorot publik karena khawatir akan terjadi konflik kepentingan.
Menggandeng dua pendiri Hanura, Subagyo HS dan Chairuddin Ismail, Wiranto mengungkit kembali pakta integritas yang pernah diteken Oso sebelum mengambil alih kepemimpinannya sebagai ketua umum pada 2016. Subagyo dan Chairuddin menjadi saksi penandatanganan pakta itu, Rabu.
Pakta itu berisi enam poin kesepakatan. Ringkasan isinya, Oso hanya melanjutkan kepemimpinan Wiranto hingga 2020, melaksanakan tugas sesuai AD/ART partai, menjamin soliditas partai, menjamin penambahan kursi partai di DPR-RI, membawa gerbong Wiranto, dan bersedia mundur jika tidak memenuhi lima poin pakta itu.
Menurut Wiranto, Oso telah melanggar semua poin pakta tersebut dan malah menetapkan diri kembali sebagai ketua umum. Dia juga merasa kewenangannya sebagai Ketua Dewan Pembina Hanura dilucuti selama kepemimpinan Oso.
“Hari ini, saya meminta sikap kenegarawanan dan sportifitas saudara Oso untuk memenuhi bunyi pakta integritas dan mengundurkan diri sebagai Ketua Umum DPP Partai Hanura," ujar Wiranto dalam konferensi pers bertajuk 'Penyelamatan Partai Hanura' di Hotel Atlet Century, Jakarta pada Rabu, 18 Desember 2019.
Tak lama setelah Wiranto menggelar konferensi pers, Oso menyambut pernyataan Wiranto di lokasi berbeda. Dia menegaskan tak akan mundur, apalagi angkat kaki dari Hanura. "Itu bukan urusan dia (Wiranto). Munas meminta saya kembali jadi Ketum Hanura, kok," kata Oso dalam konferensi pers di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin.
Oso mengklaim, Munas itu dihadiri seluruh pemilk suara partai, yang meliputi 514 dewan pimpinan cabang (DPC) Hanura dari seluruh Indonesia dan keputusan Munas secara aklamasi menginginkannya menjadi calon ketum Hanura periode 2019-2024. "Sesuai mekanisme organisasi Partai Hanura."
Loyalis Wiranto, Chairuddin Ismail menuding Munas tidak sah. Ia megaku dua kali memimpin Munas, tapi baru Munas kali ini tidak ada laporan pertanggungjawaban ketua umum. “Calon ketua lain juga gak ada, tiba-tiba langsung ditunjuk secara aklamasi. Siapa itu yang kemarin diklaim punya hak suara? Cek aja ke DPD, DPC-nya," ujar Chairuddin, kemarin.
Chairuddin akan membuat Munas tandingan atau musyawarah nasional luar biasa atau Munaslub Hanura untuk menganulir kepemimpinan Oso. "Kami akan gelar Munaslub setelah nanti ada Plt Ketua Umum dan kami bentuk struktur baru semua," ujar bekas Plt Kapolri ini.