TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP Partai Hanura Benny Ramdhani mengatakan saat ini mantan Ketua Umum mereka, Wiranto, sudah tak memiliki jabatan apapun di partai. Ia menegaskan jabatan Dewan Pembina yang diklaim Wiranto tak ada dalam struktur kepengurusan Hanura saat ini.
"Pak Wiranto tidak ada dalam struktur DPP sebagaimana SK DPP Hanura yang dikeluarkan Kementerian Hukum dan HAM. Jadi tidak ada Dewan Pembina," kata Benny saat ditemui di Kantor DPP Hanura, di City Tower, Jakarta Pusat, Senin, 16 Desember 2019.
Ia menjelaskan berdasarkan Musyawarah Nasional Hanura di Solo pada 2015, tak ada jabatan dewan pembina seperti yang diklaim Wiranto. Hasil musyawarah ini telah diakui dan disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM pada November 2019.
Benny mengatakan jabatan dewan pembina dimunculkan sendiri oleh Wiranto dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Hanura di Bambu Apus pada 2018. Ia menyebut saat itu Wiranto yang sudah melepas jabatan sebagai Ketua Umum Hanura karena menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada 2016, ingin kembali masuk di kepengurusan partai dengan jabatan yang lebih tinggi.
"Beliau tidak ingin jadi ketua umum. Beliau ingin dinaikkan fungsinya yang dulu ketua umum jadi ketua dewan pembina. Dan itu diusulkan di Munaslub Bambu Apus," kata Benny.
Meski begitu, Benny mengatakan jabatan itu tak pernah diakui oleh Kementerian Hukum dan HAM. Mereka hanya mengakui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hasil keputusan Munas di Solo pada 2015.
Atas dasar itu, Benny mengatakan Wiranto tak diundang dalam Musyawarah Nasional 3 Hanura yang akan digelar 17-19 Desember 2019 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Benny yang menjadi Ketua Panitia Munas Ketiga itu, mengatakan munas ditujukan dan hanya akan dihadiri oleh internal partai saja.
Ia pun menegaskan saat ini Wiranto sudah bukan lagi menjadi bagian dari Hanura. "Toh, beliau juga sejak Pak Oso (Oesman Sapta Oedang) memimpin, tidak memberikan dukungan penuh kepada kepemimpinan Pak Oso," kata Benny.
Meski begitu, ia juga mengatakan kondisi ini tak berarti Hanura tak menerima sosok Wiranto sepenuhnya. "Tidak boleh diartikan bahwa kami tidak menghendaki Pak Wiranto ada di dalam Hanura. Apa pun sebenarnya perlakuan Wiranto pada kami, pada pak Oso, tapi itu adalah perintah dari AD/ART," kata Benny.