INFO JABAR — Panorama indah, kebudayaan melimpah, kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, dan akses infrastruktur yang mulai terkoneksi satu dengan yang lain, membuat Jawa Barat menjadi destinasi menarik bagi banyak wisatawan, baik nasional maupun mancanegara.
Salah satu atensi Pemerintah Daerah Provinsi Jabar di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum memang tertuju pada peningkatan kepariwisataan, yang merupakan bagian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023.
Mulai 2019, Pemerintah Provinsi Jabar giat membangun infrastruktur baru yang akan mendukung kepariwisataan, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pangandaran, KEK Cikidang, pembangunan enam destinasi pariwisata tipe 1 (seperti Curug Malela, Curug Cinulang, Amphitheater Ciletuh, Kebun Raya Kuningan, Galunggung dan Panyaweuyan), serta tujuh destinasi tipe 2 (seperti Waduk Darma dan Breakwater Pangandaran).
Selain itu, Pemda Provinsi Jabar akan membangun pusat budaya di Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang pada 2019. Kemudian, Pemda Provinsi Jabar pun bakal membangun 6 creative center di Kota Bogor, Cirebon , Bekasi, Kabupaten Subang, Sumedang, dan Purwakarta. Plus penataan alun-alun Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Indramayu, Bandung, dan Bogor.
Jika melihat perkembangan kepariwisataan secara global, langkah Pemda Provinsi Jabar sangat tepat. Berdasarkan data Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), kedatangan wisatawan internasional tumbuh 6 persen pada 2018. Perputaran uang di sektor pariwisata pun mencapai US$ 1.332 miliar pada 2017.
Pun demikian di Indonesia Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI melaporkan, sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi ekonomi Indonesia pada 2020. Sekitar 5,25 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional berasal dari sektor pariwisata.
Ekonom dari Universitas Padjajaran, Ferry Hadiyanto, mengatakan kepariwisataan sudah terbukti mempunyai dampak positif bagi pembangunan suatu daerah karena multiplier effect yang diciptakan. Menurut dia, ada dua pengaruh yang ditimbulkan dari sektor pariwisata, yakni pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
“Pengaruh langsung muncul dari pengeluaran wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke suatu destinasi wisata. Pengaruh tidak langsung bisa muncul dari berbagai jasa dan kebutuhan dari bisnis pariwisata, seperti transportasi, kuliner dan seterusnya,” katanya.
“Sektor pariwisata adalah sektor yang melibatkan semua stakeholder. Bagaimana sumber daya digunakan, produk diciptakan, pelanggan dipuaskan, dan investasi untuk meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan masyarakat, sehingga akan menimbulkan multiplier effect, makanya pembangunan infrastruktur baru seperti destinasi, pusat budaya, creative center dan lainnya di Jabar adalah langkah yang tepat,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), perekonomian Provinsi Jabar mengalami pertumbuhan dari triwulan I sebesar 5,43 persen ke triwulan II 5,68 persen. Salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap PDRB Jabar. Yang jika dirata-ratakan, menurut data BPS Jabar 2019, mencapai 9,5 persen.
Menurut Ferry, data tersebut ditunjang oleh penyelenggaraan event pariwisata. Dalam industri pariwisata, kata dia, event memiliki daya tarik yang tinggi. Dia pun mencontohkan penyelenggaran West Java Festival (WJF) 2019 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar.
Terkait promosi berbasi digital, Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan Sistem Pariwisata Terpadu (Siraru) dan aplikasi Smiling West java. Sistem tersebut mampu mengintegrasikan kegiatan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyedia jasa wisata. Selain itu informasi mengenai calender of event di Jabar bisa dilihat langsung melalui apps Smiling West Java
Jika melihat dari informasi tersebut, sudah selayaknya kepariwisataan Jawa Barat akan mengalami peningkatan. Dengan goal utamanya adalah menjadikan pariwisata sebagai sumber ekonomi dan lokomotif pembangunan. (*)