TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berjanji akan terus berjuang meningkatkan anggaran belanja alat utama sistem senjata (alutsista). Ia menilai saat ini, jumlah anggaran yang disiapkan masih terlalu kecil dan tertinggal dari negara lain.
"Anggaran kita di Asia Tenggara terkecil dibanding negara tetangga kita. Kita tidak sampai satu persen dari GDP (gross domestic product) kita, dari produksi domestik bruto kita," kata Prabowo saat ditemui di Kantor Kementerian Pertahanan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Desember 2019.
Prabowo mengatakan anggaran belanja alutsista nasional baru ada di kisaran angka 0,8 persen dari GDP nasional. Sedangkan negara-negara tetangga telah mencapai dua hingga tiga persen. Ia menegaskan peningkatan anggaran saat ini sangat diperlukan.
"Jadi ini yang sedang saya perjuangkan, supaya kita juga bisa anggaran ditingkatkan untuk menjamin kedaulatan kita, menjaga wilayah kita, mengamankan kekayaan kita, supaya tidak dicuri bangsa-bangsa lain," kata Prabowo.
Upaya Prabowo ini sebenarnya sejalan dengan janji kampanye yang ia utarakan saat menjadi Calon Presiden 2019-2020. Saat dipilih oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pertahanan, Prabowo juga kemudian diminta agar lebih mengefektifkan anggaran dan menghalangi adanya kebocoran anggaran.
Dalam rapat terbatas, Jumat lalu, 22 November 2019, Jokowi memerintahkan Prabowo agar mengubah pola pikir yang selama ini digunakan dalam setiap pengadaan Alutsista. Ia meminta agar tidak lagi berorientasi sekadar penyerapan anggaran atau proyek.
Saat ditemui setelah rapat, Prabowo mengatakan jika mendapat perintah untuk memastikan tidak ada penyelewengan anggaran negara dalam pengadaan alutsista. "Beliau sangat tegas kepada saya, tidak boleh ada kebocoran, tidak boleh ada penyimpangan, penyelewengan," kata Prabowo saat itu.