TEMPO.CO, Yogyakarta - Kurang lebih 100 mahasiswa di Yogyakarta memperingati kemerdekaan Papua Barat 1 Desember. Yang menarik dalam aksi simpatik kali ini, mereka tak mengibarkan bendera bintang kejora.
Di sekitar Bundaran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mahasiswa yang sebagian besar bergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua berorasi di atas mobil pick up. Mereka membawa spanduk menolak diskriminasi, perlakuan rasis, kriminalisasi, dan penangkapan aktivis secara sewenang-wenang.
Alih-alih mengibarkan bendera bintang kejora, para mahasiswa ini melemparkan bubuk warna-warni mirip festival holi di India. "Aksi ini kampanye untuk masyarakat luas," kata Ketua Aliansi Mahasiswa Papua Nasional, Jhon Gobai, Ahad, 1 Desember 2019. Sejumlah mahasiswa juga menarikan Wasisi, tari khas Papua.
Tari-tarian ini simbol protes mahasiswa Papua atas perlakuan diskriminasi dan rasis yang diterima kawan-kawan mereka di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.
Aksi simpatik juga berjalan melalui sejumlah pertunjukan musik, aksi teatrikal, dan pembacaan puisi bertema menolak penindasan terhadap Papua.
Jhon Gobai menyebutkan mahasiswa membuat strategi aksi yang bertujuan menjangkau dukungan masyarakat secara luas. "Kami tidak bahas pengibaran bintang kejora dan tidak mengibarkannya," kata dia.
Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua, Pranadipa Ricko Syahputra menyebutkan ada 16 tuntutan mahasiswa kepada pemerintah Indonesia. Tuntutan itu di antaranya menyerukan agar pemerintah Indonesia memberikan kebebasan menentukan nasib sendiri sebagai solusi demokratis bagi Papua Barat. Selain itu, mereka mendesak agar polisi membebaskan aktivis pro Papua merdeka, Surya Anta dan semua tahanan.